SAMPIT – Anggota DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Juliansyah menilai, gerakan menanam cabai dengan memanfaatkan pekarangan atau lahan kosong di sekitar rumah bisa menjadi solusi mengatasi mahalnya harga cabai di pasaran.
“Diharapkan, dengan adanya kegiatan menanam cabai ini, sebagai komoditas penyumbang inflasi terbesar di Indonesia ini, dapat mengurangi beban pengeluaran masyarakat pada umumnya,” ujarnya, Senin, 18 Maret 2024.
Apalagi ujarnya, di Kotim sendiri cabai sudah beberapa kali menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi terbesar. Sekarang ini saja harga cabai masih tergolong tinggi bahkan sudah bertahan hampir dua bulan lamanya.
“Diharapkan gerakan menanam cabai ini dapat menjadi sinergi dengan bantuan sarana atau prasarana pertanian untuk turut membantu pengendalian inflasi dan menjadi salah satu upaya pengingkatan produktifitas komoditas cabai,” ucapnya.
Sementara itu, salah seorang pedagang sayur di daerah Kecamatan Parenggean, Yanto mengatakan, sekarang ini harga cabai sudah mengalami penurunan namun masih tergolong cukup tinggi yaitu berkisar antara Rp70.000 hingga Rp 85.000 per kilogram.
“Sebelumnya harga cabai mencapai Rp100.000 lebih. Itupun harga ambilan jika membeli banyak di pasar, sementara saat dibawa ke Parenggean dan dijajakan untuk daerah sawitan harga bisa lebih tinggi lagi karena ditambah dengan ongkos membawanya dari kota Sampit,” bebernya.
(dia/matakalteng)
Discussion about this post