SAMPIT – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) meminta kepada Pemerintah Daerah (Pemda) untuk tidak menaikan tarif Rapid Test yang berlangsung di Palang Merah Indonesia (PMI) setempat.
“Masyarakat sangat antusias memeriksakan diri karena harganya yang terjangkau. Makany kami meminta Pemda melalui Gugus Tugas Penanganan dan Pencegahan Covid-19 Kotim untuk membantu PMI agar tarif Rp125 ribu ini tidak dinaikkan,” kata Rskon Fabiansyah saat memantau pelayanan tes cepat antibodi deteksi Covid-19 di sekretariat PMI setempat, Selasa 14 Juli 2020.
Sementara itu, di Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Kotim memiliki mesin caggih yakni Electro-Chemiluminescence immunoassay (ECLIA) menggunakan reagen Elecsys Anti-SARS-CoV-2 dan PreciControl Anti-SARS-CoV-2 (produksi Roche Diagnostics) dengan menggunakan mesin cobas e411.
Hasil pengujian menggunakan metode ECLIA ini jauh lebih akurat dibanding dengan rapid test. Metode ini bisa menekan harga sehingga masih bisa menerapkan tarif hanya Rp125 ribu. Namun setelah dievaluasi, tarif kemungkinan akan dinaikkan karena ada biaya produksi lain. Meski begitu, kenaikan tarif ini bisa dicegah jika PMI dibantu pihak lain untuk menurunkan biaya produksi.
“Saya berharap Gugus Tugas dapat membantu penyediaan alat pelindung diri dan perlengkapan lainnya sehingga tarif layanan tidak perlu dinaikkan. Ini harus dibantu karena PMI ini memang diutamakan untuk pelayanan, bukan komersil. Dan juga ini untuk membantu masyarakat,” harap anggota dewan yang akrab disapa Eko ini.
Sementara itu Kepala UTD PMI Kotim, dr Yuendri Irawanto mengatakan kemungkinan akan menaikan tarif pemeriksaan Covid-19 melalui Electro-Chemiluminescence immunoassay (ECLIA) menggunakan reagen Elecsys Anti-SARS-CoV-2 dan PreciControl Anti-SARS-CoV-2 (produksi Roche Diagnostics) dengan mesin cobas e411 ini lantaran ada biaya tambahan yang muncul saat petugas melakukan pelayanan.
Adapun biaya tambahan itu diperlukan untuk menyediakan kembali APD, tabung spesimen darah maupun reagen.
“Reagen itu tidak bisa digunakan sampai habis karena harus ada kalibrasi setiap satu kotaknya. Selain itu, APD dan tabung spesimen darah juga sangat diperlukan dan pastinya memerlukan biaya. Tapi kalau kami mendapatkan bantuan alat-alat yang dibutuhkan tersebut maka kemuungkinan kenaikan tarif bisa dihindari,” kata dr Yuendri Irawanto.
Layanan pemeriksaan yang dilakukan oleh PMI Kotim ini disambut baik oleh masyarakat. Antusiasme masyrakat sangatlah tinggi. Tercatat ada 182 warga yang memeriksakan diri di hari pertama pelayanan ini dilaksanakan.
Dan hari ini, pelayanan sempat dihentikan sementara sampai nomor pendaftaran 100. Hal ini untuk mengntisipasi terjadinya kerumunan warga. Pelayanan ini dibuka mulai pukul 08.00 wib hingga 14.00 wib. Hasilnya baru terlihat setelah pukul 14.00 WIB.
“Hari pertama semuanya negatif, tidak ada satupun yang reaktif covid-19. Semoga hari ini hasilnya sama. Kami berharap mendapatkan bantuan agar kenaikan tarif tidak terjadi,” tutur Yuendri.
(shb/matakalteng.com)
Discussion about this post