Oleh: Mega Asri Lestari ***
MEMBACA merupakan suatu proses memahami tulisan untuk menganalisa, merepresentasi dan memberikan persepsi terhadap informasi yang disajikan oleh sumber. Budaya membaca sangat perlu diterapkan agar kualitas Sumber Daya Manusia meningkat. Salah satu indikator kemajuan suatu negara adalah memiliki SDM yang unggul dan berkualitas. Maka dari itu, perlunya meningkatkan kuantitas intelektual bangsa salah satunya dengan cara menggaungkan budaya gemar membaca.
Indeks alibaca (aktivitas literasi membaca) provinsi Kalimantan Tengah menurut data dari Kemdikbud RI menunjukkan angka 33,86% dan urutan ke-22 dari 34 provinsi per tahun 2019. Mengetahui hasil tersebut, ada dua pandangan. Di satu sisi, indeks literasi Kalteng tidak berada pada 10 provinsi dengan indeks terendah, akan tetapi posisi tersebut hampir mendekati 10 provinsi dengan indeks literasi terendah.
Membudayakan gemar membaca pada masyarakat kota, khususnya dengan adanya kemudahan teknologi internet untuk bisa membaca apa saja, kapan saja, dimana saja dengan cepat sangat mudah untuk dilakukan. Kampanye gemar membaca pada masyarakat kota juga mudah dijumpai melalui media massa ataupun media sosial.
Fasilitas baca di kota juga cukup memadai, seperti banyaknya jenis perpustakaan, seperti perpustakaan sekolah, perpustakaan kota, perpustakaan daerah, serta adanya taman baca masyarakat. Selain itu, akses internet di kota tidak terbatas dan bebas sehingga masyarakat kota bisa mendapatkan informasi melalui internet maupun perpustakaan.
Berbeda dengan masyarakat yang tinggal di pelosok, ada banyak faktor yang menghambat budaya gemar membaca pada masyarakat desa. Beberapa desa yang berada di pelosok, masyarakatnya mengalami kendala dalam proses penerimaan informasi karena kesulitan akses internet, perangkat digital seperti gawai, dan listrik.
Selanjutnya, faktor lainnya adalah tidak adanya fasilitas baca atau koleksi buku, perpustakaan yang tidak terawat, kurangnya fasilitas baca yang memadai serta terbatasnya akses transportasi untuk menjangkau daerah pelosok. Maka dari itu, tidak asing jika masyarakat yang tinggal di pelosok ada yang anaknya putus sekolah karena bekerja membantu orang tua, atau tidak melanjutkan studi karena terdoktrin oleh stereotype ”buat apa sekolah tinggi-tinggi, ujung-ujungnya nasib kamu sama aja kaya kita (orang tua)”.
Seperti halnya, desa Tanjung Pusaka yang berada di Kabupaten Pulang Pisau, yang letaknya tidak jauh dari ibukota Provinsi Kalteng yaitu Palangka Raya, walaupun dekat dengan ibukota provinsi ternyata tidak menjamin adanya fasilitas perpustakaan yang memadai. Sehubungan dengan kondisi tersebut, terjadi dikarenakan untuk akses ke desa Tanjung Pusaka tidak mudah, yaitu hanya bisa dilalui oleh jalur air atau menggunakan perahu/klotok dan sejenisnya. Hal itulah yang bisa jadi penghambat proses pendistribusian fasilitas baca di desa tersebut.
Hal serupa terjadi di desa Baun Bango, Kabupaten Katingan yang sebelum mendapatkan donasi dari komunitas literasi di Kalteng, desa tersebut belum memiliki perpustakaan desa. Padahal, menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Katingan, per tahun 2016 ada 667 jiwa yang bertempat tinggal di desa tersebut. Sungguh sangat disayangkan, apabila masyarakat sekitar tidak diberikan fasilitas baca yang memadai.
Setelah desa-desa tersebut dikunjungi oleh komunitas literasi bernama Donasi Literasi, ternyata menimbulkan perspektif baru. Sebenarnya, karena akses internet terbatas menjadikan masyarakat desa itu tingkat keinginan dan semangat membacanya tinggi, hanya saja tidak ada fasilitas baca yang memadai bahkan parahnya lagi ada desa yang tidak terdapat perpustakaan sama sekali.
Pemerintah pusat khususnya pemerintah daerah harus ambil langkah untuk meningkatkan minat baca masyarakat dan melakukan pemerataan fasilitas baca di pelosok yang akses transportasi nya sulit dijangkau. Bukan hanya pembangunan infrastruktur kota saja yang diperhatikan, terlebih memusatkan perhatian kepada masyarakat dan desa yang berada di pelosok.
Berangkat dari hal tersebut, perlunya optimalisasi pemerataan fasilitas baca untuk daerah pelosok agar dapat membiasakan anak-anak di pelosok untuk gemar membaca. Dengan gemar membaca, memungkinkan anak-anak di pelosok untuk memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar dan menggapai cita-citanya.
Ada segudang manfaat yang ditawarkan apabila seseorang rajin membaca buku, diantaranya berwawasan luas, berpikiran terbuka, termotivasi untuk terus belajar, memiliki kemampuan menganalisa, memiliki kemampuan problem solving, kemampuan public speaking yang baik, mempunyai pembendaharaan kosakata yang banyak dan dapat menjadi sosok pemikir yang kritis.
Dengan terbatasnya akses internet dan terbatasnya pengguna gawai pada masyarakat pelosok, harusnya pemerintah cermat dalam hal ini. Justru hal tersebut bisa menjadi peluang bagi kita semua. Mungkin biasanya anak-anak pelosok hanya menghabiskan waktunya untuk bermain dengan teman sebayanya saja. Coba bayangkan, apabila di suatu desa terdapat perpustakaan yang menyenangkan bagi masyarakat. Otomatis masyarakat akan rajin ke perpustakaan untuk membaca buku dan mencari informasi.
Berlandaskan UUD Republik Indonesia tahun 1945 pada alinea keempat yang berbunyi Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Maka dari itu, setiap elemen pemerintahan juga bertanggung jawab untuk mencerdaskan bangsa Indonesia. Peran dan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat pelosok sangat diperlukan. Setidaknya mata rantai kesenjangan pengetahuan yang ada dapat diminimalisir atau dikurangi melalui kebijakan-kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah.
Fokus pada perbaikan sarana dan prasarana, penambahan koleksi buku dan memastikan bahwa semua masyarakat memiliki akses yang sama terhadap pengetahuan. Kita perlu sadari, bahwa perpustakaan bukan hanya sarana untuk mentransmisikan pengetahuan, tetapi lebih luas daripada itu. Perpustakaan merupakan ruang untuk mencapai perubahan melalui potensi generasi bangsa di masa yang akan datang.
(Mega Asri Lestari adalah mahasiswa program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, IAIN Palangka Raya).
Discussion about this post