SAMPIT – Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi seperti Dex hingga Pertamax di SPBU menjadi polemik di masyarakat. Bahkan disinyalir kenaikan ini disebabkan permainan oknum. Hal ini diucapkan oleh Ketua Fraksi Partai Demokrat DPRD Kotawaringin Timur (Kotim) SP Lumban Gaol.
“Kami menduga bahwa ada orang kuat yang ikut bermain-main dalam situasi ini untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan kelompoknya. Tentu SPBU harus ikut bertanggung jawab dalam situasi ini. Kenapa bisa terjadi ?. Tentu tidak mungkin hanya oleh SPBU saja tanpa dibekingi oleh orang-orang pemilik kekuasaan dan juga pemilik kewenangan pengawasan dan penindakan,” katanya, Selasa 9 Agustus 2022.
Hal ini harus menjadi perhatian serius semua pihak, jangan sampai daerah ini dikendalikan oleh para perusak-perusak kemajuan. “Pemerintah Daerah harus segera bersikap untuk menumpas ini. Bisa mulai dari melakukan penjagaan setiap SPBU secara rutin pada saat jam pendistribusian solar dan premium atau pertalite,” ujarnya.
Harga Dex kini mencapai angka Rp 18.150 dan Pertamax di angka Rp 12.750. Kenaikan ini ternyata memicu kenaikan solar dan pertalite ditingkat pengecer. Bila diperlukan, tambah Gaol, bisa mengeluarkan Peraturan Bupati (Perbup) yang mengatur tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) solar yang diperbolehkan dijual di kios-kios pengecer pinggir jalan dan juga mengatur tempat kios-kios pengecer solar harus berjarak minimal 1 km dari titik SPBU.
“Saat ini untuk jenis solar di tingkat pengecer sudah menembus angka Rp 14 ribu, bahkan ada yang menyentuh harga Rp 16 ribu, walaupun di SPBU harga ini tidak pernah naik atau masih tetap di harga Rp 5.500 per liter,” sebut Gaol.
Sekarang, ujarnya, yang menjadi pertanyaan adalah kenapa bisa harga di tingkat pengecer bisa menjual dan mendapatkan selisih keuntungan yang fantastis, hingga Rp 9 ribu lebih per liternya?
“Dan hampir di semua kios menjual dengan harga yang sama. Sementara ketika masyarakat pemakai solar yang punya hak ingin membeli di SPBU, hampir semua SPBU menjawab habis terjual. Yang menjadi pertanyaan, solar tersebut dijual kemana? Dan kenapa di pinggir jalan banyak tersedia dengan harga yang hampir mendekati harga Dex?,” tuturnya heran.
Lanjutnya, (dia/matakalteng.com)
Discussion about this post