SAMPIT – Melonjaknya harga cabai di pasaran ternyata tidak sebanding dengan harga jual dari petani kepedagang. Menurut petani harga jual lombok masih rendah. Salah seorang petani cabai atau biasa disebut lombok, di Kecamatan Katingan Kuala, Kabupaten Katingan, Painah bercerita kepada matakalteng.com soal prospek usaha lombok lokal.
Ia menuturkan lombok merupakan salah satu komoditas yang sering ditanam pada musim kemarau. Tanaman yang ditanam maksimal dua kali dalam setahun tersebut harga jualnya dari petani tertinggi Rp 30 ribu perkilo. Namun jika harga turun dipasaran dari petani hanya Rp 10 ribu.
“Kalau di pasar harga jualnya bisa sampai Rp 100 ribu per kilo,padahal dari kami hanya sekitar Rp 30 ribu saja,” tuturnya Rabu 6 Januari 2021. Kendati demikian, dirinya tetap berupaya menanam lombok. Alasannya adalah menanam lombok lebih bagus prospeknya dibandingkan tanaman lainnya seperti padi.
Pasalnya lombok dapat dipanen secara berulangkali dalam sekali tanam, yaitu sekali dalam seminggu. Sedangkan umur tanaman lombok dapat bertahan hingga 6 bulan. Dalam sekali panen memperoleh 2 sampai 3 kwintal untuk ukuran lahan seluas seper empat hektare.
“Jadi meskipun murah kita masih tetap dapat untung, tapi ya sedikit namun setiap minggu. Berbeda dengan padi, memang sekali panen dapatnya banyak tapi modalnya juga banyak terus nunggunya juga lama,”papar Painah.
Lanjutnya,modal menanam lombok tidak terlalu besar kalau dilakukan sendiri. Berbeda jika pekerjaannya dilakukan dengan menyewa orang. “Kalau bayar orang pekerjaannya, ya tidak dapat untung kalau harga lombok murah,” tambahnya.
Dirinya menuturkan biasanya lombok hasil panennya itu dibeli dan dipasarkan ke Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), karena Kota Sampit. Diketahui bahwa saat ini harga lombok di pasaran per kilogramnya mencapai Rp 70 sampai dengan Rp 90 ribu.
(dev/matakalteng.com)
Discussion about this post