SAMPIT – Tak terasa sepekan berlalu, air dengan warna cokelat kemerahan menemani hari-hari warga yang bermukim di Jalan Bata Merah, Kecamatan Baamang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).
Tak tanggung-tanggung, air dengan tingkat keasaman dan zat organik yang tinggi tersebut kini merendam permukiman warga setempat hingga ketinggian 30 sentimeter.
Masyarakat yang sebelumnya hanya menonton dan membaca melalui televisi serta media mainstream, kini untuk pertama kalinya merasakan bencana banjir.
Seperti yang dirasakan salah seorang warga setempat, Atep. Meskipun hanya mencapai betis orang dewasa, pekatnya air gambut tersebut cukup menghambat aktivitasnya sehari-hari.
“Selama saya tinggal di sini tidak pernah ada kejadian penggenangan air seperti ini. Walaupun hujan deras, airnya tetap ada namun cepat surut, tapi kali ini hampir satu minggu air ini belum surut mulai dari hari minggu kemarin,” katanya kepada wartawan ini, Jumat, 12 Januari 2024.
Berbagai kekhawatiran atas kondisi tersebut, mulai memenuhi pikirannya. Dirinya tak ingin menjadi korban gigitan ular yang tiba-tiba masuk ke rumahnya hingga tak ingin tersengat listrik akibat air yang mulai mendekati sumber listrik.
Satu persatu harta benda yang mulai terendam dan rawan rusak akibat terendam air, dia keluarkan dari dalam istana kecilnya. Dirinya pun rela menumpang ke rumah kerabat, hanya untuk mandi dan buang air besar.
“Tapi bukan berarti kami tidak tidur di rumah, takutnya situasi seperti ini, bisa menjadi momen para pencuri untuk melancarkan aksinya,” ujarnya.
Di tengah keasyikannya memindahkan harta bendanya, terbesit harapan terhadap sang pemegang kebijakan untuk melakukan normalisasi sungai.
Bahkan, dirinya mengaku senang jika tenaga dari tubuh gempalnya tersebut juga dilibatkan dalam gotong royong. Dirinya tak ingin, air permukaan hasil akumulasi sisa material tumbuhan tersebut kembali menemani hari-harinya.
“Pengerukan sungai Baamang di sekitar pasar kramat, kayaknya di situ sudah banyak lumpur dan dangkal. Saya lihat air di sungai mentaya juga surut, tapi di sini belum surut. Banjir juga ini kayaknya dampak dari pengerukan Sungai Baamang, sehingga air ini ke arah sini semua. Ya kalau memang ada yang mau gotong royong, kami warga sini siap ikut andil,” tegasnya.
(gus/matakalteng)
Discussion about this post