SAMPIT – Ada tujuh komponen Merdeka Belajar yang berpengaruh terhadap keberhasilan pencapaian tujuan dari program tersebut. Salah satunya Konstruktivisme.
“Konstruktivisme adalah komponen dalam Merdeka Belajar yang berkaitan dengan cara siswa membangkitkan pengetahuan yang sudah ada. Hal ini akan memudahkan siswa dalam menyusun suatu konsep. Dari konsep tersebut, siswa dapat saling berbagi dan mempraktikkan pengetahuan yang dimiliki untuk mendapatkan pengalaman nyata,” kata Plt Kepala Disdik Kotim, M Irfansyah, Kamis, 4 Januari 2024.
Lanjutnya, ada juga yang disebut dengan Inquiry. Inquiry artinya siswa mencari dan menyelidiki sendiri pengetahuan yang ingin diketahuinya agar rasa penasarannya bisa terjawab. Komponen inquiry dalam Merdeka Belajar ini dapat membuat siswa berpikir lebih kritis dalam kegiatan belajar.
“Ketiga tentu adalah Bertanya. Dalam hal ini, siswa akan dibiasakan untuk berani bertanya mengenai materi pelajaran, konsep, atau hal-hal lain yang tidak dipahaminya,” ujarnya.
Dalam penerapannya juga harus ada Learning community, artinya siswa tidak hanya bekerja secara individu saja, tapi juga bekerjasama dengan orang lain sehingga bisa saling bertukar ide dan pengalaman.
“Mereka juga harus memiliki Modelling, dalam komponen Merdeka Belajar artinya ada contoh atau model yang bisa diikuti siswa saat mengerjakan sesuatu, seperti hasil karya seni, narasumber, dan lainnya. Guru bisa menjadi modelling untuk siswa-siswanya, tetapi guru bukan satu-satunya model dan hanya berperan sebagai fasilitator saja. Itu artinya, siswa bisa mencari modelling selain gurunya,” jelasnya.
Tambah Irfan, dalam setiap kegiatan juga harus ada Refleksi. Kegiatan refleksi dalam Merdeka Belajar bertujuan untuk membuat siswa merefleksikan atau merenungkan apa saja yang sudah dipelajari. Hasil renungan ini bisa dituangkan siswa dalam bentuk pernyataan langsung, catatan selama mengikuti kegiatan, kesan dan saran pembelajaran, dan sebagainya.
“Lalu terakhir Authentic Assessment. Pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari siswa akan diukur dan dinilai. Penilaian atau authentic assessment ini bisa dilakukan secara berbeda-beda, tergantung jenjang pendidikan siswa,” pungkasnya.
(dia/matakalteng)
Discussion about this post