SAMPIT – Menjadikan masyarakat Pancasila dengan kearifan lokal di era digital saat ini merupakan hal penting, hal itu dikatakan oleh salah seorang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Sampit Etashard C.S, Kotawaringin Timur (Kotim).
Dijelaskannya, Pancasila yang kita kenal sekarang ini digali dari pemikiran dan kearifan lokal masyarakat Indonesia . Oleh karena itu, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebenarnya sudah sejak lama tertanam di hati nurani masyarakat Indonesia, seiring kian beratnya tantangan kebangsaan di era digital seperti saat ini. “Ada nilai subjektif yang terkandung di dalamnya, yakni nilai-nilai tersebut merupakan hasil pemikiran Bangsa Indonesia sendiri sepanjang sejarah keberadaannva. Kemudian nilai afektif, artinya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila juga diakui kebenaran dan keadilannya oleh bangsa-bangsa lain,” kata Etashard, Sabtu 30 Oktober 2021.
Lanjutnya, Indonesia adalah negara majemuk, multikulturalis, sekaligus demokratis. Dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta yang tersebar mulai dari pulau We hingga pulau Papua, dari pulau Miangas hingga pulau Rote, dan memiliki beragam perbedaan suku, agama, keyakinan, bahasa, adat istiadat, serta kearifan local tersendiri. Indonesia menjadi salah satu negara paling majemuk di dunia. Keberagaman dan kemajemukan itu, telah berhasil dirangkai dan dipersatukan oleh para the founding fathers dalam satu kesepakatan bersama yang menjadi nilai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara yakni Pancasila. Yakni Keadilan, Ketuhanan, Kerakyatan, Kemanusiaan dan Persatuan. “Implementasi nilai dasar pancasila di ruang digital yakni, cinta kasih, saling menghormati, toleransi terhadap perbedaan agama dan kepercayaan di ruang digital,” ujarnya.
Selain itu menurutnya, kesetaraan, bijak dan cermat dalam membedakan konten yang benar dan yang salah, memperlakukan orang lain dengan adil dan manusiawi di ruang digital, harmoni, kesatuan, solidaritas, mengutamakan kepentingan Indonesia di atas kepentingan pribadi atau golongan di ruang digital. Dan juga sikap demokrasi yaitu memberi kesempatan setiap orang untuk bebas berekspresi dan berpendapat di ruang digital, gotong royong bersama-sama membangun ruang digital yang aman dan etis bagi setiap pengguna. “Sementara fungsi kearifan lokal di era digital terhadap masuknya budaya luar, sebagai mana mengutip Rohaedi Ayat dalam Kepribadian Budaya Bangsa (1986), adalah sebagai filter dan pengendali terhadap budaya luar, mengakomodasi unsur-unsur budaya luar, mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli dan memberi arah pada perkembangan budaya,” tegasnya.
Untuk itu menurutnya, Pancasila dan kearifan lokal adalah kolaborasi terbaik untuk membentengi Bangsa Indonesia. “Tentunya kita sebagai masyarakat sekaligus warga negara Indonesia harus sepakat bahwa Pancasila dan kearifan lokal bagaikan dua sisi mata uang yang saling melengkapi satu dengan yang lain, serta dikolaborasikan dalam setiap sendi kehidupan di era digitalisasi sekarang tentu akan menjadi sebuah benteng yang kokoh bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi gempuran ideologi dan budaya dari luar,” ungkapnya.
Keduanya pun berfungsi sebagai filter dalam menyerap berbagai kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi serta informasi dari berbagai belahan dunia, khususnya bagi kemajuan pendidikan di Indonesia. “Untuk itu diharapkan agar pengguna media sosial tidak sembrono atau semaunya saja dalam menggunakan media digital,” tandasnya.
(dia/matakalteng.com)
Reproduction and distribution of https://www.matakalteng.com/?p=61134 content to other sites is prohibited without permission.
More information, please contact us.
Discussion about this post