SAMPIT – Sejumlah sopir truk yang mengangkut pasir maupun tanah urug di Kota Sampit, Kotawaringin Timur (Kotim) akan melakukan aksi parkir dibahu Jalan Jendral Sudirman sekitaran Bundaran Balanga. Hal ini diketahui setelah puluhan orang perwakilan sopir mendatangi kantor DPRD Kotim untuk mengadukan nasibnya yang sudah tidak bekerja selama dua minggu lantaran tidak adanya material angkutan.
Salah seorang sopir, Kaswandi mengatakan, pihaknya tidak bisa bekerja karena semua usaha galian di Sampit saat ini tutup lantaran ada instruksi dari Polda Kalteng. “Kalau izin usaha yang bermasalah, inikan sudah berlangsung sekian tahun, namun masih saja ada permasalahan. Sebenarnya masalah ini ada dimananya? Dan mau sampai kapan kami tidak bisa bekerja maksimal? Ini saja kami sudah 15 hari tidak bekerja,” katanya, Senin 22 November 2021.
Dirinya bingung untuk mencukupi kebutuhan keluarga apabila tidak bekerja hingga dua minggu kedepan. Pihaknya meminta Pemerintah mengkaji kembali kebijakan galian C. Agar di Sampit kembali mendapatkan izin sehingga akan mengurangi ongkos dan waktu. “Di Kotim yang ada bukitnya hanya di Rubung Buyung namun itu jauh dari kota dan biaya akan bertambah lagi kalau jauh,” tegasnya.
Sopir lain, Sosno mengatakan, pihaknya meminta agar DPRD mendesak pemerintah mencari solusinya, karena ini bukan cuma berdampak pada pihaknya para sopir namun juga para tukang bangunan. “Contohnya, tetangga saya sudah memasang pondasi namun tidak bisa dilanjutkan, karena tidak ada tanahnya. Sehingga para tukang juga menganggur. Maka dari itu kami minta agar dipermudah izinnya perusahaan galian C agar kami juga bisa bekerja. Kami tidak masalah ada yang buka siang atau malam, kami hanya ingin bekerja dengan tenang tanpa ada rasa takut. Karena biasanya kalau ada perusahaan yang bermasalah, pasti sopir juga kena. Truk kami juga dibawa, padahal kami tidak tahu menahu tentang izin,” tegasnya.
Menurutnya, pihaknya hanya tahu mengangkut saja, masalah izin itu adalah urusan pengusaha galian. Jika sopir menanyakan ada izin atau tidak, truk mereka tidak akan diisi. Otomatis mereka tidak mendapatkan penghasilan. Pihaknya mengalami kerugian jutaan rupiah lantaran hal ini. Biasanya dalam sehari para sopir bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp 500 ribu, namun sekarang tidak sama sekali. “Besok kami akan parkir kiri di bundaran Balanga sebanyak 400 truk, ini semua truk angkutan dalam kota yang menganggur selama 15 hari ini,” pungkasnya.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post