SAMPIT – Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) Halikinnor meminta agar program grebek stunting dievaluasi. Grebek stunting merupakan program Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat untuk menurunkan angka stunting di wilayah itu.
“Saya minta dinas terkait untuk mengecek bagaimana perkembangan anak di lapangan. Apakah selama tiga bulan ini ada perubahan atau tidak, ” katanya, Sabtu 24 Februari 2024.
Dinas terkait seperti Dinas Kesehatan dan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPPAPPKB) setempat yang menjadi leading sektor untuk mengevaluasi program tersebut yang dijalankan selama tiga bulan sejak Desember 2023 sampai Februari 2024.
Grebek stunting adalah program Pemkab Kotim dalam rangka menurunkan angka stunting di daerah ini. Pengendalian angka stunting masih menjadi perhatian Pemkab Kotim. Pasalnya angka stunting di wilayah itu terbilang masih tinggi sekalipun mengalami penurunan setiap tahunnya.
Berdasarkan data e-PPGBM bahwa prevalensi stunting Kabupaten Kotawaringin Timur tahun 2022 sebesar 22,6 persen dan mengalami penurunan pada tahun 2023 menjadi sebesar 18,4 persen. Pemerintah daerah masih mengemban tugas untuk menurunkan angka stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024 sesuai target nasional.
Sehingga Pemkab membuat program grebek stunting. Grebek stunting dilakukan serentak oleh 21 Puskesmas di 17 Kecamatan menyasar 2.163 anak di wilayah ini.
Pemkab Kotim menganggarkan grebek stunting sebesar Rp 1 miliar dimana sebagian besar dananya untuk membagikan susu dan telur selama 3 bulan kepada anak-anak penderita stunting. Adapun jumlah telur 195.000 butir dan susu 95.000 kotak.
Setelah gerakan tersebut dimulai, kader Posyandu akan memantau perkembangan anak-anak selama 3 bulan berturut-turut.
Halikin menegaskan tidak hanya program dijalankan tetapi harus ada pengaruh signifikan. Jika program tersebut efektif menurunkan stunting pihaknya akan melanjutkan, namun jika sebaliknya dirinya mempertimbangkan alternatif penyelesaian lain untuk mengentaskan stunting di Kotim.
“Jika ada perubahan program ini kita lanjutkan. Kalau tidak ada perubahan perlu kita evaluasi apakah sudah tepat sasaran,” terangnya.
(dev/matakalteng)
Discussion about this post