SAMPIT – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotawaringin Timur (Kotim) melakukan gerebek stunting. Langkah tersebut untuk mengetaskan masalah stunting di wilayah itu. Kegiatan itu dilakukan secara serentak di 17 kecamatan di Kabupaten Kotim.
“Gerebek ini inovasi kita di Kotim dalam menurunkan angka stunting. Makanya kita anggarkan khusus, agar bagaimana penanganan stunting sesuai harapan pusat tahun 2024 kasus stunting berada di angka 14 persen,” kata Bupati Kotim, Halikinnor, Rabu, 13 Desember 2023.
Ini ia sampaikan saat dirinya ikut langsung kegiatan gerebek stunting di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang tepatnya di Kelurahan Ketapang, Desa Telaga Baru, Desa Pelangsian dan Desa Eka Bahurui.
Disampaikannya, tahun 2019 sampai sekarang Kotim telah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai salah satu kabupaten lokus penanganan stunting. Sejak saat itu pula penanganan stunting menjadi salah satu prioritas pemda.
Saat ini, berdasarkan data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dari Kementerian Kesehatan RI angka prevalensi stunting di Kotim pada tahun 2022 sebesar 27,9% menurun 4% dari tahun 2021 yang sebesar 32,5%. Sedangkan mengacu kepada data Elektronik Pencatatan Dan Laporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) dari Dinas Kesehatan setempat data prevalensi stunting di Kotim pada tahun 2022 sebesar 22,6%.
Salah satu dari upaya pencegahan dan penurunan stunting yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Kotim adalah melalui gerakan berantas stunting yaitu gerakan berkunjung ke lokasi anak yang stunting atau gerebek stunting dengan memberikan secara langsung susu dan telur, serta mengawal pelaksanaan pemberian ini setiap hari selama minimal 3 bulan ke depan dan memberikan kepada anak balita stunting sesuai kategori umurnya.
“Mencapai target 14 persen harus kerja keras dengan melibatkan banyak pihak seluruh OPD. Gerebek stunting ini kami anggarkan sebesar Rp1 miliar untuk pengadaan susu dan telur untuk 17 kecamatan dari 21 Puskesmas bergerak serentak,” sebutnya.
Tujuan dari gerakan ini, sebagai salah satu upaya menekan potensi anak stunting akibat kekurangan gizi kronis dan menyasar anak balita yang stunting sesuai data pada E-PPGBM Dinas Kesehatan.
Setiap anak yang masuk katagori stunting akan mendapat telur dan susu selama tiga bulan lamanya. Jika dari program tersebut terdapat perkembangan positif dari anak baik dari berat dan tingginya badan, maka program gerebek stunting akan dilanjutkan.
“Harapan kami tahun 2024, Kotim bisa mencapai angka 14 persen, sehingga penyambung estafet pembangunan menjadi anak-anak yang sehat,” ucapnya.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kotim Umar Kaderi mengungkapkan dipilihnya telur dan susu merupakan asupan yang memiliki protein tinggi yang baik untuk pertumbuhan anak, sehingga anak menjadi sehat dan memiliki gizi yang baik.
“Telur yang dibagikan ada 195 butir dan susu ada 95 ribu kotak, jumlah itu dibagikan kepada 2.163 anak . Stunting bisa terjadi karena ada pengaruh ekonomi. Kalau ekonomi tidak mempu maka makanan tidak bergizi namun ada juga karena ketidak sadaran orang tua, makanan bergizi tidak harus mahal,” paparnya.
(dev/matakalteng)
Discussion about this post