SAMPIT – Sebanyak 2.594 titik panas muncul di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) sejak bulan Agustus sampai dengan September 2023 ini. Kondisi ini mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan titik panas selama tahun 2022 lalu.
“Pada tahun 2022 lalu sejak Januari sampai dengan Desember muncul titik panas sebanyak 116 yang tersebar di seluruh Kecamatan yang ada di Kotim kecuali Kecamatan Seranau dan Baamang yang bebas dari titik panas,” kata Kabid Kedaruratan Dan Logistik BPBD Kotim, Agus Mulyadi, Selasa 5 September 2023.
Sementara pada tahun 2023 ini lanjutnya, sejak bulan Januari sampai dengan September ini sudah muncul titik panas sebanyak 2.955 yang tersebar di seluruh kecamatan dan yang terbanyak yakni di Kecamatan Mentaya Hilir Selatan dengan jumlah 1.348 titik panas.
“Untuk luasan lahan yang terbakar sampai dengan data terakhir per 3 September 2023, yakni seluas 517,652 ha, dengan jumlah kejadian sebanyak 156. Rinciannya yakni Kecamatan Parenggean seluas 24,95 ha, Kecamatan Kota Besi seluas 62,125 ha, Kecamatan Cempaga Hulu 6 ha, Kecamatan Cempaga 10 ha, Kecamatan Baamang 89,662 ha, Kecamatan MB Ketapang 261,415 ha, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan 57,5 ha dan Kecamatan Teluk Sampit 6 ha,” bebernya.
Sedangkan untuk indeks standar pencemaran udara (ISPU) wilayah Kotim per 5 September 2023 ini dinyatakan tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia, hewan dan tumbuhan yakni 126, PM 2,5.
“Udara kota Sampit sedang tidak sehat, upayakan untuk menjaga kesehatan dengan memakai masker saat beraktivitas diluar rumah, kami juga mengajak seluruh masyarakat menyiram jalan dan lingkungan sekitar untuk mengurangi dampak asap dan mencegah kebakaran,” pungkasnya.
Terpisah Anggota MPA Graha Pramuka Janu yang sampai saat ini masih melakukan pemadaman di salah satu titik panas di Kota Sampit yakni Jalan Pramuka mengatakan, pihaknya terjun ke lapangan siang dan malam melakukan pemadaman di sekitar lingkungan Perumahan Graha Pramuka dan Jalan Pramuka.
“MPA Graha Pramuka terlibat aktif dalam membersamai pemadaman lahan di perumahan Graha Pramuka. Meski baru dibentuk, kami sudah mendapatkan pelatihan untuk melakukan pemadaman,” ujar Janu.
Dia juga mengungkapkan, MPA Graha Pramuka terus siaga dan beroperasi dalam beberapa minggu terakhir untuk melakukan pemadaman api yang terus menjalar mendekati areal perumahan.
“Adapun MPA yang di bentuk ini sementara hanya untuk pengamanan internal di perumahan Graha Pramuka saja. Dan kita menggunakan dana swadaya dari masyarakat selama melakukan pemadaman, terkadang ada warga yang membawakan makanan ada juga yang menyumbang dana untuk keberlangsungan MPA,” ucapnya. Sementara untuk alat-alat yang dimiliki MPA Graha Pramuka, semua sudah standar pemadaman dari bantuan BPBD dan RMU.
“Kami kerjakan ini ikhlas untuk melindungi masyarakat. Semua dana yang digunakan swadaya masyarakat dalam pengoperasian setiap gerakan pemadaman api. Semoga MPA Graha Pramuka bisa di SK kan oleh pemerintah agar nantinya bisa mobile bukan hanya untuk perumahan melainkan juga untuk lokasi-lokasi di luar perumahan,” ucapnya.
Dia juga berharap agar kasus kebakaran lahan yang cukup besar di kawasan ini dapat ditangani aparat penegak hukum, guna mencari pertanggung jawaban mengingat hal ini sangat merugikan masyarakat setempat yang tidak hanya mempengaruhi kondisi kesehatan namun juga banyak kegiatan yang harus ditiadakan untuk sementara waktu seperti kegiatan Posyandu Balita dan juga Pengajian rutin Anggota Fardhu Kipayah.
“Besar harapan kita kepada pemerintah agar kiranya mengusut tuntas terlebih dahulu pemilik lahan yang terbakar ini. Dengan dasar mengapa lahan yang mereka miliki tidak dirawat dengan baik sehingga menimbulkan terjadinya kebakaran lahan di sekitar perumahan,” tandasnya.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post