SAMPIT – Adanya himbauan dari Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) terkait pemangkasan SPP beberapa waktu lalu, bagi sejumlah instansi pendidikan untuk membantu meringankan beban orang tua atau wali murid dalam upaya pencegahan Covid-19 membuat beberapa sekolah swasta turun berkomentar.
Kepala Sekolah SD IT Arafah Sampit Noor Hadiansyah mengatakan pihaknya belum bisa menerapkan pemangkasan tersebut. “Intruksi itu boleh dilakukan kalau ada subsidi dari pemerintah, harus ada timbale baliknya. Karena sementara ini kita tetap melakukan pembelajaran walaupun secara online. Pembelajaran online ini pun tentunya memerlukan dana untuk membeli paket internet ataupun wifi” terang Hadi saat ditemui beberapa waktu lalu.
Menurutnya tidak hanya itu saja alasan pihaknya tidak bisa melakukan pemangkasan, alasan lainnya karena gajih guru swasta di dapat dari pembayaran SPP tersebut serta kalaupun harus ada pemangkasan SPP harus ada rapat Koordinasi terlebih dahulu dengan pihak yayasan pusat, pasalnya yayasan memiliki AD ART sendiri mengenai kebijakan SPP ini.
Berbeda dengan sekolah swasta lainnya yang juga ada di Sampit yaitu Cita Bunda, Kepala sekolah SMP Cita Bunda Mahpus, mengatakan pihaknya sudah ada program untuk meringankan SPP bagi siswa jauh sebelum adanya Covid-19 ini.
“Nama program tersebut subsidi silang, dimana akan ada keringanan SPP untuk sejumlah siswa yang kurang mampu asalkan dari orang tuanya ada mengajukan kepada pihak lembaga atau yayasan,” ucap Mahpus.
Subsidi silang merupakan program yang sudah jauh hari dilakukan, yaitu bantuan SPP ini akan dibantu dengan dana BOS, dana komite ataupun dana lainnya. “Meski tidak ada himbauan dari Disdik hal ini pun tetap akan di terapkan,” tandasnya.
Terkait Covid-19 yang mengharuskan wajib belajar dari rumah menurut Mahpus tidak ada keluhan dari orang tua, semua orang tua dapat mengerti keadaan saat ini terlebih lagi pihaknya tetap memberikan pembelajaran kepada siswa/I nya melalui aplikasi online yang ada.
“Kewajiban kita tetap dilaksanan yaitu memberikan pembelajaran walaupun tidak secara langsung namun kita masih bisa memantau siswa/I saat pembelajaran karena aplikasi yang digunakan bisa video call. Dimana pembelajaran dilakukan secara bergantian, per harinya hanya ada dua mata pelajaran yang di ajarkan dari pukul 08.15 WIB hingga 09.55 WIB,” terangnya.
Guru-guru disebutkannya bergantian ke sekolah untuk memberikan pembelajaran online, sedangkan siswa/I nya tetap dirumah. “Satu mata pelajaran hanya diberikan waktu 40 menit, dimana siswa/I bisa melakukan tanya jawab juga saat pembelajaran ini,” ujarnya.
Sedangkan untuk biaya operasional menurut Mahpus lebih sedikit dibandingkan pembelajaran tatap muka, karena pembelajaran tidak maksimal seperti hari biasa serta penggunaan listrik dan PDAM pun tidak membengkak. “Guru-guru pun bekerja tidak tergesa-gesa, karena datang tidak sepagi hari biasanya dan pulangpun lebih awal. Sehingga dalam ke adaan ini tidak ada satu pihak pun yang dirugikan,” jelasnya.
Pihaknya selalu menjaga komunikasi dengan pihak sekolah maupun komite melalui media sosial agar segala informasi tetap tersampaikan. “Kalaupun ada tugas, kita hanya mengasah kreatifitas siswa/I dan sebisa mungkin di usahakan tugas itu menggunakan bahan-bahan yang ada di rumah mereka saja,” tutupnya.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post