PALANGKA RAYA – Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik RI, inflasi bulan Oktober 2023 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Ada beberapa komoditas yang menjadi penyumbang deflasi, seperti telur ayam ras, ikan, tomat, bawang merah, minyak goreng, dan bawang putih.
Kepala BPS RI, Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan, bahwa beras merupakan penyumbang andil inflasi terbesar, baik secara bulanan, tahunan, maupun tahun kalender. Hal ini disebabkan oleh harga beras yang masih tinggi, dimana pada minggu pertama November, harga beras mulai menurun secara perlahan dibandingkan minggu sebelumnya.
“Meskipun begitu, beras masih tinggi levelnya dan belum menunjukkan tanda-tanda penurunan yang signifikan,” ujarnya.
Dirinya menuturkan, bahwa harga beras saat ini masih mendatar, tidak ada indikasi kenaikan, tetapi tetap berada di level yang tinggi.
Selain beras, cabe merah, cabe rawit, dan gula pasir juga menjadi penyumbang inflasi yang cukup signifikan pada bulan Oktober 2023. Terkait dengan cabe merah dan cabe rawit, harga keduanya masih mengalami tren kenaikan, sedangkan untuk gula pasir, inflasi bulan Oktober mencapai 1,59% dan harganya masih mengalami tren kenaikan.
Sementara itu, beberapa komoditas pangan berhasil menyumbang deflasi, seperti telur ayam ras, ikan, tomat, bawang merah, minyak goreng, bawang putih, dan lain sebagainya.
“Beberapa kota bahkan berhasil menurunkan tingkat inflasi dengan sangat signifikan, seperti kota Bima, Palangka Raya, dan Waingapu yang berhasil menurunkan tingkat inflasi bawang merahnya,” sebutnya.
Berdasarkan data tersebut, bisa disimpulkan bahwa inflasi bulan Oktober 2023 memang terjadi karena adanya kenaikan harga pada beberapa komoditas, termasuk beras yang menjadi penyumbang andil inflasi terbesar. Namun, ada juga beberapa komoditas yang menjadi penyumbang deflasi, seperti telur ayam ras, ikan, tomat, bawang merah, minyak goreng, dan bawang putih.
Melihat potensi kenaikan harga pada beras dan beberapa komoditas lainnya, perlu dilakukan beberapa tindakan yang efektif dalam pengendalian harga.
“Kita sebagai konsumen perlu lebih bijak dalam mengelola pengeluaran dan mengutamakan kebutuhan dasar yang lebih penting, seperti beras, cabe, dan gula yang menjadi kebutuhan sehari-hari. Seiring dengan itu, pemerintah sebagai regulator perlu bertindak cepat dan tepat dalam mengendalikan harga agar tidak merugikan konsumen dan perusahaan,” pungkasnya.
(vi/matakalteng.com)
Discussion about this post