PALANGKA RAYA – Satu masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian serius di wilayah beriklim tropis dan subtropis seperti Kalimantan Tengah adalah penularan virus demam berdarah dengue (DBD). Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, Suyuti Syamsul yang menyebutkan bahwa terjadi peningkatan kasus DBD di Kalteng dalam periode tiga tahun terakhir.
Diperkirakan kenaikan temperatur yang tinggi dan perubahan cuaca dari musim hujan ke musim kemarau menjadi faktor resiko penularan virus ini. Dalam laporan Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng pada tahun 2021 terdapat 204 kasus DBD yang terdeteksi, meningkat pada tahun 2022 dengan 882 kasus, dan pada tahun 2023 sudah menemukan 1.300 kasus.
Kasus DBD terbanyak terjadi di dua kabupaten/kota, yakni Seruyan dan Palangka Raya. “Sedangkan angka kematian untuk DBD di tahun 2023 ada Sembilan kejadian, yakni lima kejadian di Palangka Raya, dua kejadian di Gunung Mas, satu kejadian di Seruyan, dan satu kejadian di Pulang Pisau,” ungkapnya, Selasa 7 November 2023.
Maka dari itu Suyuti menekankan penting bagi masyarakat dan pihak berwenang setempat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan guna meminimalkan resiko penularan virus DBD di Kalimantan Tengah. Sebagai bagian dari upaya untuk mencegah penyebaran virus DBD, pihak Dinas Kesehatan menyarankan cara paling efektif yaitu dengan mencegah perkembangan biakan nyamuk melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M.
Yaitu menguras tempat penampungan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk, mengubur tempat penampungan air minum, serta barang-barang bekas yang bisa menjadi tempat tujuan berkembang biaknya nyamuk, dan menaburkan bubuk abate untuk membunuh jentik nyamuk.
“Sementara, Kebijakan fogging bertujuan untuk membunuh nyamuk dewasa, sehingga jika dalam kasus DBD kegiatan fogging tetap dibarengi dengan Upaya PSN. Karena jika tidak, dalam waktu sekitar 10 sampai 14 hari akan muncul kembali nyamuk dewasa yang berpotensi untuk menularkan DBD,” jelas Suyuti.
Upaya pencegahan dan penanganan harus dilakukan secara bersama-sama, karena masyarakat mempunyai peran penting dalam pembinaan lingkungan yang bersih dan menghindari perkembangan sarang nyamuk agar dapat meminimalkan resiko penyebaran virus DBD. “Semoga dengan upaya yang direncanakan dan diterapkan dapat mengurangi kasus DBD dan kematian yang terjadi serta meningkatkan kesehatan bagi masyarakat setempat,” pungkasnya.
(vi/matakalteng.com)
Discussion about this post