SAMPIT – Badan Meteorologi, Klimatologis dan Geofisika (BMKG) Wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) hari ini mengeluarkan peringatan dini cuaca untuk wilayah Kabupaten Kotim, Seruyan dan Katingan.
Kepala BMKG Kotim, Nur Setiawan mengatakan, tanggal 18 Oktober 2020 pukul 04.06 WIB masih berpotensi terjadi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai petir/kilat dan angin kencang.
“Hal itu berlaku di Kabupaten Katingan (Kamipang, Katingan Tengah, Mendawai), dan sekitarnya. Dan dapat meluas ke Kabupaten Kotim (Baamang, Cempaga, Kota Besi, Mentawa Baru/Ketapang, Mentaya Hilir Utara, Pulau Hanaut, Seranau, Telawang, Teluk Sampit), Kabupaten Katingan (Katingan Kuala, Tasik Payawan), dan sekitarnya,” ungkapnya, Minggu 18 Oktober 2020.
Lanjutnya, saat ini sedang terjadi anomali iklim, yaitu La nina berpotensi berdampak ke wilayah Indonesia. La Nina didefinisikan sebagai kondisi penyimpangan (anomali) suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin daripada kondisi normalnya.
“La Nina dinyatakan sebagai Kejadian La Nina atau La Nina event apabila kondisi penyimpangan (anomali) suhu permukaan laut Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin daripada kondisi normalnya, diikuti oleh perubahan sirkulasi atmosfer di atasnya berupa peningkatan angin pasat timuran lebih kuat dari kondisi normalnya, dan telah berlangsung beberapa bulan,” terangnya.
Kondisi La Nina dapat berlangsung dengan durasi selama beberapa bulan hingga dua tahun. Perubahan di Samudra Pasifik berupa interaksi laut dan atmosfer (La Nina/El Nino) terjadi dalam siklus antar tahunan dikenal sebagai El Nino – Southern Oscillation (ENSO) dengan perulangan kejadian 2 – 8 tahun.
“Pengaruh pada iklim global La Nina berdampak pada peningkatan curah hujan di Pasifik barat (Indonesia, sebagian Asia tenggara lainnya, dan bagian utara Australia), Brazil bagian utara, dan sebagian pantai barat Amerika Serikat,” sebutnya.
Sebaliknya, menyebabkan curah hujan yang lebih rendah di sebagian pantai timur Asia, bagian tengah Afrika, dan Sebagian Amerika bagian Tengah, serta dapat menyebabkan juga iklim lebih dingin di sebagian wilayah di barat dan timur Afrika, Jepang, sebagian besar pantai barat Amerika Serikat, dan Brasil bagian selatan.
“Berdasarkan analisis Dasarian I Oktober, La Nina diprediksikan akan berlangsung hingga Mei 2021 dengan intensitas lemah hingga sedang,” ujarnya.
La lina dan dampaknya di Indonesia berdasarkan akumulasi curah hujan 3 bulanan, dampak La Nina bergantung pada: – Musim/bulan,Wilayah dan Intensitas. Pada bulan September/ Oktober/ November dampak La Nina signifikan di wilayah Selatan, Tengah dan Timur.
Pada bulan Desember/ Januari/ Febuari dampak La Nina signifikan di wilayah Tengah hingga Utara. Curah Hujan meningkat seiring masuknya awal musim hujan. Akumulasi curah hujan >300 mm/bulan umumnya terjadi di Pesisir Barat Sumatera, wilayah sekitar Pegunungan Bukit Barisan, Kalimantan bagian barat dan utara, sebagian Papua.
“La Nina menambah curah hujan secara signifikan pada Oktober – November pada awal musim hujan (selain faktor Monsun). La Nina juga menguatkan curah hujan bulanan Oktober yaitu sebagian besar wilayah Indonesia kecuali sebagian Sumatera dan Kalimantan,” jelasnya.
Sedangkan pada November yaitu sebagian wilayah terutama Indonesia bagian tengah, timur dan selatan. Dan Desember yaitu sebagian wilayah terutama wilayah Indonesia Timur dan Selatan.
Untuk peningkatan curah hujan Januari yaitu sebagian besar wilayah Indonesia tidak mengalami peningkatan curah hujan signifikan. Kemudian bulan Februari, peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia bagian Utara, pengurangan curah hujan di bagian Barat. Dibulan Maret, sebagian wilayah terutama wilayah Indonesia Timur dan Selatan.
“Meskipun La Nina kurang berpengaruh signifikan pada hujan bulan Januari hingga Februari, akumulasi curah hujan tetap tinggi berkaitan dengan puncak penguatan monsun Asia,” tutupnya.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post