SAMPIT – Kenaikan harga gas elpiji non subsidi dinilai terlalu mencekik masyarakat, pasalnya belum genap satu bulan setelah kenaikan terakhir, kini harga gas elpiji kembali naik.
Bahkan, Anggota Fraksi Partai Golkar Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kotawaringin Timur (Kotim) Darmawati menyebutkan, di tengah ekonomi masyarakat yang saat ini sulit, kenaikan gas elpiji dirasa sangat memberatkan dan menambah beban masyarakat.
“Kenaikan harga gas elpiji hampir dua kali lipat dari harga normal, oleh sebab itu kami berharap pemerintah setempat selaku pemangku kebijakan menelusuri penyebab nya. Dan kalaupun memang harus naik, diharapkan tidak terlalu tinggi,” ucap Darmawati, Rabu 9 Maret 2022.
Dirinya juga menyebutkan, banyak masyarakat yang mengeluhkan hal tersebut kepada pihaknya. Sehingga hal ini memang harus ditanggapi serius oleh pemerintah.
“Karena yang kami khawatirkan, mereka yang menggunakan gas non subsidi ini berpindah menggunakan gas yang bersubsidi karena harga yang terlalu tinggi. Meski yang bersangkutan masih dikatakan mampu, namun kalau semua kebutuhan mahal tentu ia akan berpikir lagi, seperti pepatah besar pasak daripada tiang (gaji kecil kebutuhan atau biaya hidup tinggi),” ujarnya.
Legislator ini juga menyebutkan, dampak dari kenaikan gas elpiji non subsidi ini juga bisa saja berefek kepada kebutuhan lainnya. Juga khawatir dampak ini akan membuat warga ekonomi menengah atau warung makan beralih ke subsidi, yang tentunya hal itu akan membuat gas ukuran 3 kilogram menjadi langka dan tidak menutup kemungkinan harga juga menjadi naik.
Diketahui, saat ini penjualan gas non subsidi dari agen sudah mengalami kenaikan signifikan. Untuk ukuran 12 kilogram mencapai Rp 205 ribu, sedangkan ukuran 5,5 kilogram mencapai Rp 100 ribu.
“Kami yang pengecer jadi bingung mau menjual berapa lagi, karena dari agennya saja sudah mahal. Mau jadi seperti apa ini, belum sampai sebulan sudah naik lagi,” ucap salah seorang pengecer gas elpiji non subsidi, Idah.
Menurutnya saat harga normal pihaknya bisa menjual gas elpiji non subsidi ukuran 12 kilogram dengan harga Rp 180 ribu, sedangkan ukuran 5,5 kilogram dengan harga Rp 80 ribu. Yang artinya dari agen lebih murah lagi.
“Semoga cepat turun saja harga gas, karena rata-rata kebutuhan saat ini naik semua. Tidak hanya gas tapi juga harga kebutuhan pokok, ini sangat membebani kami,” tandasnya.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post