SAMPIT – Babi ternak mati mendadak dengan tempo waktu bersamaan membuat peternak mengalami kerugian hingga mencapai ratusan juta rupiah. Kasus ini terjadi di beberapa Kecamatan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), salah satunya di Kecamatan Cempaga Desa Luwuk Bunter.
Tuah salah satu warga setempat mengaku babi miliknya mati sebanyak 30 ekor secara bersamaan. “Rata-rata yang mati itu adalah usia panen yang beratnya sekitar 100 kg, kalau dijual itu harganya kisaran Rp 5 juta per ekornya,” katanya, Rabu 9 Maret 2022.
Lantaran mati, dirinya tidak bisa mendapatkan keuntungan dari hasil ternaknya yang ada malah kerugian hingga Rp 150 juta. Peristiwa itu tidak hanya dialami oleh Tuah saja, melainkan sejumlah warga di Desa Luwuk Bunter.
“Kalau diperkirakan itu disini ada sekitar 40 peternak babi. Semuanya mengalami hal yang sama. Setiap peternak minimal memelihara 15 ekor babi,” ujarnya.
Menanggapi kematian babi secara mendadak ini, Kapala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kotim, Endrayatno menyebut kematian babi secara mendadak ini diduga disebabkan terjangkit virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika.
“Kematian mendadak babi ini sudah terjadi beberapa bulan terakhir. Namun pada Februari lalu kematian terbanyak. Data yang dilaporkan ke kami ada 160 ekor babi mati di Desa Luwuk Bunter,” sebutnya.
Lanjutnya, jika ditotal dari November-Desember 2021 ada sebanyak 450 ekor babi mati di Kotim. Yakni Tanjung Jorong, Kecamatan Tualan Hulu, sebanyak 50 ekor, dan Tumbang Boloi, Kecamatan Telaga Antang, sebanyak 400 ekor.
Sementara Desa Pelantaran, Kecamatan Cempaga Hulu Desember-Februari sebanyak 74 ekor. Di dalam Kota Sampit, yakni di Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, ada 20 ekor. Dan Desa Luwuk Bunter, Kecamatan Cempaga, ada sebanyak 160 ekor.
(dev/matakalteng.com)
Discussion about this post