SAMPIT – Ketua DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Rinie Anderson mendorong, agar setiap desa bisa memiminalisir keberadaaan tempat MCK (mandi, cuci dan kakus) di sungai.
Pasalnya dirinya melihat, saat ini masih banyak warga melakukan MCK di sungai. Maka dari itu dia berharap pemerintah kembali melanjutkan program zero MCK sungai yang pernah dicanangkan.
“Pola hidup seperti itu bisa mencegah penyebaran penyakit menular, sebab pembuangan kotoran ke alam terbuka secara langsung riskan terhadap penyebaran penyakit,” katanya, Senin 1 Mei 2023.
Program relokasi bagi masyarakat pemilik MCK terapung dipinggiran Sungai Mentaya dan bersedia memindahkan MCK-nya ke darat maka akan diberikan hadiah sejumlah uang.
“Proses mandi cuci dan kakus yang selama ini dilakukan masyarakat di sekitar sungai, katanya, sering kali mengakibatkan beberapa jenis penyakit yang diderita masyarakat,” tegasnya.
Kebiasaan masyarakat memanfaatkan aliran sungai sebagai WC umum berpotensi menimbulkan penyakit. Sebab penggunaan air yang tercemar dapat menimbulkan diare, demam tifus, kolera dan penyakit hepatitis A.
“Upaya untuk mengubah perilaku masyarakat itu dengan membangun sarana sanitasi memadai. Minimal di setiap rumah harus ada WC, sehingga perilaku warga membuang hajat di sungai bisa berkurang,” ucapnya.
Ia berharap masyarakat Kabupaten Kotim yang tinggal di pinggiran Sungai Mentaya dan masih bergantung pada MCK terapung untuk mulai beralih ke jamban yang ada di darat guna mengurangi penyebaran virus yang ada di kotoran manusia.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post