SAMPIT – Meski tahun 2019 silam sudah terpilih menjadi anggota DPRD Kotawaringin Timur (Kotim), melalui Partai Hanura dari daerah pemilihan Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Khozaini yang kerap disapa Usai ini tetap setia membantu sang istri berjualan daging sapi di pasar Subuh, yang merupakan salah satu pasar tradisional di Kota Sampit.
Khozaini mengaku, setiap libur dari pekerjaan kantor, ia selalu membantu istri berjualan dari pagi hingga menjelang sore atau bahkan menunggu daging-daging sapi yang tergantung habis terjual. Terlebih lagi pada saat menjelang lebaran ini, ia khawatir sang istri kewalahan jika berjualan sendiri.
“Dulunya ini memang pekerjaan saya rutin setiap hari, namun setelah mengabdi di lembaga legislatif, usaha ini saya serahkan ke istri sepenuhnya. Saya hanya membantu-bantu kalau lagi libur kerja. Hari Sabtu dan Minggu sudah jadwal rutin membantu istri di pasar,” ujar Usai, Sabtu 30 April 2022.
Menurutnya, tidak ada alasan untuk malu berjualan di pasar tradisional, apalagi usaha yang digelutinya bersama istri tersebut adalah usaha halal dan sumber penghasilan ia sejak dulu sebelum menjadi pejabat di daerah. Terlihat tangan Usai mengayunkan pisau dengan mahir saat memotong-motong daging sapi.
Meski ia sudah cukup lama menjadi Anggota Dewan, namun ia tidak melupakan keahliannya dalam berdagang daging sapi. Usai pun dengan bangga mengatakan, ia tidak keberatan dengan profesinya sekarang namun tetap berjualan di pasar.
“Jangan gengsi, apapun pekerjaan kita. Selagi pekerjaan itu halal, tidak ada masalah. Yang penting bekerja dengan senang hati dan ikhlas, Insya Allah rezeki terus mengalir kalau kita bekerja ikhlas, apalagi tujuannya mulia yaitu untuk menghidupi keluarga,” ungkapnya bangga.
Di sela-sela hari kerjapun, Usai terkadang masih sempat membantu sang istri di pasar. Hampir setiap pagi sebelum matahari terbit, ia sudah sibuk di Pasar Subuh, samping markas Kodim 1015 Sampit. Usai dengan cekatan melayani pembeli yang menghampiri daging sapi dagangannya.
Baginya, profesi pedagang daging di pasar merupakan pekerjaan yang sudah mendarah daging. Bahkan penampilannya berubah total saat menjadi pedagang. Dia menjelma seperti rakyat sipil biasa.
“Wakil rakyat dan rakyat biasa hanya sebatas status sosial yang dicapkan dan mendapatkan posisi di kerangka pemerintahan. Namun saya tetap merasa nyaman ketika melaksanakan profesi sebagai pedagang, meski status sebagai wakil rakyat tetap melekat,” kata Usai.
Usai juga mengatakan, dia terjun ke dunia politik dan berhasil menjadi wakil rakyat karena termotivasi untuk menjadi corong bagi Pemerintah Daerah dalam membangun Kotim terutama untuk menyuarakan aspirasi masyarakat yang selama ini ia dengar dan himpun selama menjadi pedagang.
”ketika menjadi wakil rakyat di DPRD, apa yang dikatakan seorang wakil rakyat punya kemampuan besar untuk menyampaikan persoalan faktual di tengah masyarakat. Terkait apakah itu direalisasikan atau tidak, yang pasti saya bisa dan sudah bicara sebagai wakil mereka,” tegasnya.
Ia berharap, kedepannya banyak politikus-politikus muda yang bergabung di DPRD Kotim untuk menyuarakan aspirasi masyarakat. Dari kalangan manapun, atau berasal dari profesi apapun, baginya jika mempunyai kemampuan maka harus dilakukan.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post