PALANGKA RAYA – Mahalnya harga bahan baku kedelai untuk membuat tahu dan tempe di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng) saat ini membuat para pengusaha di bidang tersebut mengeluh lantaran sejak beberapa bulan terakhir harga terus mengalami peningkatan.
Tidak hanya itu, para pengusaha tahu dan tempe di Kota Palangka Raya ini juga meminta perhatian dari Pemerintah agar dapat menstabilkan kembali harga kedelai yang terus meroket. Sebab jika dibiarkan maka akan berdampak negatif bagi para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta masyarakat selaku konsumen jika nantinya terjadi kelangkaan di pasaran.
Harga bahan baku kedelai yang semula biasanya di kisaran harga Rp 8 ribu per kilogramnya, kini sudah menembus di harga Rp 11.500 per kilogramnya. Sukimah (50) salah satu dari beberapa pengusaha tahu dan tempe yang memulai usahanya sejak tahun 2000 bertempat di Jalan Rasak, Kelurahan Panarung, Palangka Raya, mengaku saat ini usahanya jauh mengalami penurunan omset pendapatan.
Hal itu diakibatkan tingginya harga bahan baku kedelai yang didapatkannya dari daerah Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Dari penuturannya, dia mendapatkan suplai kedelai setiap 10 hari sekali pengantaran dari pihak distributor yang ada di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) yakni hanya memperoleh 20 karung atau sekitar 1 ton kedelai untuk dijadikan bahan pembuatan Tempe.
Sementara itu untuk pembuatan tahu, dia tidak melakukan produksi karena saat ini Sukimah hanya sebagai pengecer untuk para pelanggan yang ada di pasar besar Kota Palangka Raya. Setiap harinya dia rutin mendapatkan suplai dari pihak pembuat tahu yang ada di Jalan Tjilik Riwut KM 16, Palangka Raya sebanyak 30 Kaleng dengan jumlah isinya menyesuaikan ukuran.
“Kalau ukuran besar 1 kaleng isinya 200 biji dan untuk ukuran kecil isinya ada yang 400 biji dengan harga sama per kalengnya yaitu 80 ribu rupiah untuk saat ini, kalau dulu ketika harga kedelai murah kita mendapatkan harga 60 ribu rupiah per kalengnya” ujarnya saat diwawancarai wartawan ini.
Dalam pembuatan tempe, dia juga menuturkan kalau produksinya saat ini membutuhkan 2 karung kedelai atau 100 kilogram setiap harinya, dan dalam prosesnya membutuhkan waktu 4 hingga 5 hari baru bisa di distribusikan untuk dijual kepada pelanggan.
Untuk mensiasati atau menutupi mahalnya harga bahan baku dan biaya produksi, Sukimah terpaksa harus mengurangi ukuran dan takaran Tahu dan Tempe dari biasanya. “Mau tidak mau harus kita lakukan mas, kalau tidak begitu kita bisa tekor, dan tidak balik modal” jelasnya.
Sukimah juga mengatakan dari olahan Tahu dan Tempe yang setiap hari dibawanya ke Pasar Besar Palangka Raya ini kemudian akan dibagikan kembali kepada para pedagang yang selanjutnya akan dibawa ke beberapa daerah yang ada di Kalteng seperti Katingan, Gunung Mas, Kotim, dan beberapa daerah lainnya.
(fai/matakalteng.com)
Discussion about this post