SAMPIT – Wakil Bupati Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Irawati menyebutkan, proses pemungutan suara khususnya di Kabupaten Kotim berjalan dengan lancar.
“Dengan kerja sama seluruh elemen masyarakat serta KPU dan Bawaslu berdasarkan pantauan kami partisipasi politik masyarakat Kotim dalam Pemilu 2024 ini mengalami peningkatan dari tahun 2019,” ujarnya, Sabtu 24 Februari 2024. Hal ini kata Irawati, menunjukkan keberhasilan sosialisasi sehingga masyarakat dengan antusias datang ke TPS untuk memberikan hak suaranya.
“Dan sampai dengan saat ini proses demokrasi di Kabupaten Kotim berjalan dengan kondusif. Atas nama pribadi dan pemerintah Kotim saya mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya dan memberikan penghargaan setinggi tingginya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan berkontribusi dalam Pemilu serentak 14 Februari 2024 di Kabupaten Kotim,” ungkapnya.
Sehingga lanjut Irawati, dalam pelaksanaannya terlaksana dengan lancar aman dan damai. “Mari kita kawal Pemilu ini untuk menghasilkan Pemilu yang berkualitas. Pemerintah Kotim selalu siap mensupport penyelenggara Pemilu sampai dengan selesai, termasuk dalam rapat pleno penghitungan suara hasil Pemilu di tingkat kabupaten ini,” pungkasnya.
Irawati juga memberikan masukan evaluasi Pemilu 2024, sehingga ke depan akan lebih baik lagi.
“Ke depan kita juga akan melaksanakan pemilihan kembali yaitu pemilihan kepala daerah, dan merujuk pada hasil peninjauan yang saya lakukan ke beberapa kecamatan untuk meninjau pelaksanaan Pemilu, yang mana data update yang digunakan untuk Pemilu masih ada menggunakan kartu keluarga yang lama,” kata Irawati.
Diharapkan adanya pemutahiran data dari KPU dan juga untuk PPT atau surat panggil. Ia mengaku menemukan di lapangan yang dipanggil berdasarkan abjad, sehingga dalam kartu keluarga itu ada yang beda TPS.
“Seharusnya dalam satu keluarga itu tidak terpisah dan ini kita harapkan menjadi bahan evaluasi,”tegasnyq.
Begitu juga TPS, seperti yang ia temui ada satu desa karena menggunakan ruang sekolah jadi ada enam TPS digabung di satu lokasi. Sehingga membingungkan pada saat melakukan pemantauan.
“Mungkin ke depannya jika dalam satu desa itu banyak pemilih bisa direncanakan untuk tempat nya agar tidak digabung. Hari ini selain untuk memudahkan melakukan pemantauan juga agar menghindari terjadinya keributan atau kecurangan di TPS,”ungkapnya.
Selain itu juga ditemukan masyarakat yang sudah meninggal masih mendapatkan surat panggilan pemilih, sedangkan untuk warga yang sudah masuk usia pemilih malah tidak mendapatkan surat panggilan.
“Ini juga harus ada evaluasi dan diperhatikan dengan serius oleh penyelenggara Pemilu,” pungkasnya.
(dia/matakalteng)
Discussion about this post