SAMPIT – Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Sepnita menyebutkan, titik hotspot terdeteksi paling banyak di wilayah sentra produksi pertanian di Kabupaten setempat. Setidaknya ada 272 hektar untuk tanaman pangan yang rusak.
“El Nino tahun ini kita memang tidak terlalu banyak menerima akibat ya, terutama untuk sentra produksi tanaman pangan karena fuso tidak kita alami,” katanya, Senin 25 September 2023.
Ini ia sampaikan, usai mengikuti rapat evaluasi perpanjangan status tanggap darurat di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Disampaikannya, titik panas atau hotspot paling besar justru di wilayah sentra produksi pertanian di Kotim seperti di Kecamatan Teluk Sampit yang diketahui sentra tanaman pangan, Kecamatan Kota Besi dan Mentawa Baru Ketapang (MBK) tanaman holtikultura.
Disebutkan Sepnita akibat kekeringan, ada sekitar 272 hektar tanaman pangan yang rusak keseluruhan yang tercatat pada akhir Agustus 2023. Dimana 150 hektar dalam kondisi rusak berat dan 122 hektar rusak ringan.
“Karena kita tidak ada fuso. Hanya saja ada rusak berat terjadi pada dua wilayah yaitu Mentawa Baru Ketapang dan Pulau Hanaut,” ujarnya.
Sementara, antisipasi kekeringan diungkapkan Sepnita, petani sudah mengantisipasi dengan tidak menanam bagi yang tidak memiliki fasilitas embung, pompa air ataupun sumber air. Sedangkan bagi yang memiliki fasilitas itu, akan tetap melakukan penanaman terutama untuk holtikultura.
“Sebenarnya dampak terbesar bagi pertanian kita itu saat musim penghujan karena bisa tiba-tiba banjir dan tidak bisa diantisipasi karena bersifat tiba-tiba,” pungkasnya.
(dev/matakalteng.com).
Discussion about this post