SAMPIT – Petani di Kota Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mengeluh di musim kemarau, lantaran harus ekstra baik dari tenaga maupun biaya. Ditambah lagi hasil pertaniannya jauh menurun dibandingkan saat musim hujan.
“Sayurnya kurang bagus dan pengeluarannya bertambah seperti biaya untuk bahan bakar minyak (BBM), ” kata Medianto salah satu petani di Jalan Pelita Sampit, Rabu 23 Agustus 2023.
Berbeda dengan musim hujan, sayuran cukup sekali satu sampai dua kali menyiram, karena dibantu dengan hujan yang membuat kondisi tanah tetap basah. Sementara sekarang, penyiraman sayur harus sering dilakukan, jika tidak maka sayur akan layu.
Sedangkan untuk penyiraman para petani di wilayah setampan sebagian besar menggunakan mesin alkon karena cukup jauh dari sumber air, sebagian juga parit mengering selama kemarau. Oleh sebab itu selain tenaga, maka biaya yang dikeluarkan para petani jauh lebih tinggi dibandingkan di musim hujan.
“Karena kalau kemarau kita menyiram sayur menggunakan alkon, apalagi yang baru ditanam harus banyak disiram hingga tiga kali sehari. Mana hasil sayurnya kurang bagus juga,” ujarnya.
Ditambah lagi, harga jual untuk sekarang juga anjlok. Sayuran seperti sawi, bayam dan kangkung saat musim hujan harga per ikat bisa mencapai Rp5-6 ribu. Sementara sekarang hanya dikisaran Rp2-3 ribu.
“Karena sayurnya tidak bagus. Omset kami juga menurun biasanya sekali panen bisa mendapat Rp300-400 ribu, sekarang hanya Rp150-200 ribu saja. Kalau sampai beberapa bulan kemarau kaya gini, kita akan kesulitan mencari sayur. Karena semua hasil panen jelek,” tutupnya.
(dev/matakalteng.com
Discussion about this post