SAMPIT – Tiap musim kemarau atau musim kering, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) selalu mengalami musibah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sehingga membuat kondisi udara menjadi berbahaya. Tercatat ada ribuan hektare lahan yang terbakar selama musim kemarau ditahun 2019 ini.
“Luas lahan yang terbakar selama musim kemarau ini ada sekitar seribu hektare. Itu baru data sementara, belum dapat dipastikan sebab jumlah keseluruhan masih dalam pendataan,” kata M Yusuf, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim M Yusup, Selasa 8 Oktober 2019.
Inventarisasi lahan terbakar terus dilakukan Satgas Karrhutla guna mencegah musibah tersebut kembali terjadi sehingga bencana kabut asap dan buruknya kualitas udara yang mengancam kesehatan manusia maupun hewan tidak terulang kembali.
“Status karhutla sekarang turun. Yang sebelumnya dalam status tanggap darurat, kini menjadi transisi pemulihan. Status ini diberlakukan hingga akhir bulan oktober. Wilayah selatan mendominasi terjadi karhutla, seperti Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit dan Pulau Hanaut,” jelas M Yusuf.
Selain itu, wilayah dalam kota juga dinilai cukup parah, seperti di Kecamatan MB Ketapang dan Kecamatan Baamang. Kabut asap sudah tidak ada, begitu juga dengan titik api. Sebab, beberapa hari terakhir hujan kerap turun di kota Sampit dengan intensitas sedang. Kualitas udara telah dinyatakan baik.
(shb/matakalteng.com)
Discussion about this post