PALANGKA RAYA – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, Suyuti Syamsul mengatakan angka capaian vaksinasi di Kalimantan Tengah sudah mencapai 20 persen. Hanya saja saat ini diakui oleh Suyuti bahwa pihaknya terpaksa harus menghentikan sementara vaksinasi dosis 1 bagi masyarakat. Pasalnya saat ini stok yang ada akan digunakan bagi masyarakat yang akan menerima vaksinasi dosis 2.
“Saat ini jumlah vaksin ready di kalteng sekitar 35 ribu tetapi terus terang saat ini kami menyimpan vaksin ini untuk masyarakat yang akan melakukan vaksinasi dosis 2. Jadi untuk sementara dosis satu kita stop. Distribusi vaksin dari pusat baru akan lancar lagi pada bulan Agustus untuk sementara ini datang 10 vial, tapi setengah jam mungkin sudah habis kan 10 vial digunakan untuk 100 orang,” beber Suyuti, Rabu 28 Juli 2021.
Sementara untuk laporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Suyuti mengatakan bahwa kebanyakan laporan yang masuk hanya kejadian dengan gejala ringan seperti demam, pusing, diare dan gatal-gatal. Ia menekankan agar masyarakat tidak beranggapan begitu ada kejadian ikutan pasca vaksinasi sebagai bentuk kegagalan vaksinasi. Hal ini menurutnya dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti belum tercapainya target 70 persen vaksinasi sehingga belum terbentuk herd community.
“Begitu ada laporan kejadian pasca imunisasi lalu dianggap kegagalan vaksin. Ada yang cerita sudah divaksin dua kali sakit lalu meninggal, ada factor yang perlu menjadi perhatian pertama vaksin kita kan belum mencapai 70 persen, sementara orang-orang bisa terlindungi jika 70 persen populasinya sudah vaksin. Kedua kematian karena covid setelah vaksin itu memang ada 4 persen sementara 96 persennya itu belum di vaksin,” jelasnya.
Ketua Komisi Daerah (Komda) KIPI Kalteng, Yayu Indriati mengatakan hingga saat ini pihaknya belum menerima adanya laporan terkait gejala berat yang dialami pasca vaksinasi hingga menyebabkan kematian. Diakuinya beberapa waktu lalu pihaknya menerima dua laporan dengan gejala berat namun setelah dilakukan investigasi diketahui penyebabnya bukan dikarenakan vaksinasi.
“Adapun laporan dengan gejala berat yang masuk ke kami dan kami audit itu ada dua, walaupun kami menerima laporan itu empat. Begitu dilakukan investigasi oleh kabupaten yang dilaporkan kasus tersebut dibatalkan karena diduga itu bukan KIPI. Kemudian yang dua laporan lain dengan gejala berat ini sudah kami bahas dengan Komnas KIPI Pusat dan ternyata itu bukan KIPI, melainkan memang disebabkan karena penyakit lain yang diderita lima hari pasca vaksinasi, dan satu lagi bukan disebabkan oleh KIPI melainkan oleh sakit saraf yang diderita pasien, setelah kita terapi pasien sudah sehat kembali,” jelasnya.
Disebutkan Yayu, kebanyakan laporan yang masuk merupakan kejadian pasca imunisasi dengan gejala ringan artinya dapat diatasi di fasilitas kesehatan (faskes) masing-masing. Jadi ketika masyarakat menerima vaksin dan merasakan gejala efek samping, masyarakat harus segera melapor ke fasilitas kesehatan tempat dimana mereka menerima vaksinasi untuk mendapatkan perawatan.
“Kami tekankan kepada masyarakat agar dapat melaporkan pada faskes dan apabila faskes tidak dapat mengatasi maka akan dibantu oleh provinsi,” imbaunya.
Laporan KIPI di Kalteng sendiri hingga saat ini masih sangat sedikit, belum mencapai 50 persen. Sementara untuk menekan kasus KIPI pihak Komda KIPI Kalteng terus melakukan koordinasi dengan pokja KIPI yang ada di kabupaten/kota.
(vi/matakalteng.com)
Discussion about this post