PALANGKA RAYA – Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah (Kalteng), Suyuti Syamsul mengatakan, bahwa perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks. Stunting menjadi salah satu fokus masalah gizi di Indonesia. Dimana untuk mengurangi angka prevalensi stunting masyarakat perlu dididik untuk memahami pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anak balita, dan Indonesia fokus kepada 1.000 Hari Pertama Kehidupan yaitu terhitung sejak konsepsi sehingga anak berusia dua tahun.
“Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan pola asuh tidak tepat, yang mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal, mudah sakit dan saing rendah, sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan,” ujarnya, Kamis, 26 Oktober 2023.
Dijelaskannya, salah satu sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 adalah meningkatnya status dan gizi ibu dan anak.
“Trend prevalensi balita stunting (T/L) di Kalimantan Tengah dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2022 menunjukan data stunting mengalami penurunan yaitu dari tahun 2019 32,30%, tahun 2021 27,4% dan tahun 2022 26,9%. Tapi, di beberapa Kabupaten data stunting mengalami kenaikan, seperti di Kab. Barito Selatan, Kab. Lamandau, Kab. Seruyan, Kab. Katingan, Kab. Pulang Pisau Kab. Murung Raya, dan Kota Palangka Raya,” tambahnya.
Suyuti menyebut, hal ini menjadi agenda penting demi menyelamatkan generasi masa depan. Kegiatan yang dilakukan untuk mengintervensi anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupannya adalah dengan Pelatihan Konseling Menyusui bagi petugas kesehatan sebagai promotor kesehatan kepada masyarakat. Informasi yang utuh ini penting untuk disampaikan kepada kader posyandu sebagai sumber daya potensial yang berhubungan dengan sasaran Konseling Menyusui. Tenaga Kesehatan sebagai fasilitator Konseling Menyusui di tingkat Posyandu.
Ia menambahkan, cakupan ASI Eksklusif di Provinsi Kalimantan Tengah cukup baik, dimana prevalensi ASI Eksklusif bayi enam bulan tahun 2021 sebesar 56,8% (target 45%), dan tahun 2022 sebesar 60,5% (target 50%) serta prevalensi bayi usia enam bulan yang lulus ASI Eksklusif tahun 2022 sebesar 55,71% (target 45%).
Namun, ada beberapa Kabupaten yang masih memiliki cakupan yang rendah untuk indikator ASI Eksklusif bayi enam bulan tahun 2022 yaitu Murung Raya 2%, Palangka Raya 18%, Barito Utara 40%, Sukamara 45%, dan Barito Selatan 48%. Serta untuk indikator bayi usia enam bulan yang lulus ASI Eksklusif tahun 2022 memiliki cakupan yang rendah yaitu Kabupaten Murung Raya 26,28%, Barito Selatan 39,87%, dan Kotawaringin Timur 44,72%.
Maka, perlu peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dengan menyediakan tenaga konselor menyusui di sarana pelayanan kesehatan, dan revitalisasi sarana pelayanan kesehatan sayang ibu dan bayi, serta menciptakan lingkungan kondusif yang memungkinkan ibu tetap menyusui sebagaimana mestinya.
“Tenaga kesehatan yang terlatih konseling menyusui tersebut bertugas memberikan informasi dan membantu ibu jika mengalami masalah pada saat menyusui. Mari cegah stunting dengan praktik pemberian ASI yang baik dan benar untuk menjaga kesehatan bayinya,” pungkasnya.
(vi/matakalteng.com)
Discussion about this post