SAMPIT – Aksi prostitusi di Kota Sampit mencuat, diduga menyeret keterlibatan sejumlah hotel ternama di Kota setempat. Melalui Aplikasi hijau, menjadi wadah utama transaksi layanan prostitusi, dengan tarif bervariasi mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 900 ribu.
Berdasarkan hasil penelusuran dan investigasi wartawan matakalteng.com di lapangan, menemukan bukti kuat terlibatnya sejumlah penginapan dalam praktik prostitusi melalui aplikasi hijau.
Dalam platform aplikasi hijau tersebut juga tersedia jarak lokasi pelanggan dan juga penyedia jasa, sehingga hal itu membuat kemudahan bagi pria hidung belang untuk memesan jasa pemuas nafsu.
Para wanita penyedia layanan jasa seks ini, juga secara terang-terangan mencantumkan nama hotel di dalam aplikasi hijau mereka dengan disertakan tarif dan sistem layanan mereka kepada pelanggannya.
Untuk bisa mendapatkan jasa layanan pemuas nafsu tersebut, para pria hidung belang diberikan pilihan tarif mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 900 ribu untuk layanan penuh. Namun harga tersebut masih dapat ditawar oleh para pelanggan. Bahkan, pelanggan juga dapat meminta foto asli wanita penyedia jasa, hingga penawaran harga kepada wanita pemuas nafsu.
Beragam jenis tarif tersebut, bukan hanya menentukan jenis layanan. Tetapi juga menentukan tingkat kecantikan serta usia dari wanita penyedia layanan. Namun, jika wanita penyedia jasa tersebut tak sesuai dengan yang ada di aplikasi hijau, pelanggan dapat membatalkan pesanan tersebut. Hal tersebut harus dilakukan pria hidung belang, sebelum melakukan hubungan badan atau tepatnya saat pelanggan bertemu dengan wanita penyedia jasa.
Aksi prostitusi semakin kompleks, dengan adanya ketidaksesuaian antara wanita penghibur dengan foto yang dikirim. Pelanggan seringkali merasa tidak puas, sementara wanita penyedia jasa tidak selalu memenuhi kesepakatan awal seperti yang telah dijanjikan di aplikasi.
Wanita penyedia layanan jasa dalam aplikasi tersebut, berasal dari berbagai usia, mulai dari 20 tahun hingga 30 tahun. Dalam beberapa kasus ditemukan, foto yang digunakan pada akun aplikasi hijau, berbeda dengan wajah asli wanita penyedia jasa. Hal tersebut, menimbulkan dugaan bahwa para wanita ini dijual oleh pacar atau muncikarinya.
Sementara itu, salah seorang wanita penyedia jasa, sebut saja Monica (nama samaran) mengungkapkan, bahwa faktor ekonomi dan masalah keluarga mendorongnya menjalani pekerjaan tersebut. Kondisi ekonomi yang sulit dan kesulitan dalam mencari pekerjaan membuatnya terpaksa mengambil pekerjaan ini, meskipun dengan terpaksa melayani pria hidung belang.
“Banyak sih masalahnya, ada kebutuhan ekonomi dan masalah keluarga. Saya juga menikah muda belum selesai sekolah sehingga mau cari pekerjaan yang lain sulit juga karena tidak ada ijazah. Ya seperti ini saja cara mencari duit,” ucapnya, Selasa, 16 Januari 2024.
(gus/matakalteng)
Discussion about this post