SAMPIT – Harga sejumlah kebutuhan pokok di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) hingga kini belum juga stabil, termasuk harga sayur mayur. Hal ini membuat para pedagang kebingungan untuk menjual kepada pembeli.
Seorang pedagang sayur, Asri mengatakan, hampir semua jenis sayuran mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan, sehingga keuntungan yang di dapat juga berkurang.
“Bingung mau jual berapa, dikasih mahal banyak yang mengeluh dan kadang tidak jadi beli. Dikasih murah, kmi yang rugi. Karena pengambilan dari kebunnya memang sudah mahal, jadi kami menyesuaikan saja,” ujarnya,, Sabtu 20 Agustus 2022.
Padahal, lanjutnya, keuntungan menjual sayur hanya sedikit, karena ia menjual hanya beda beberapa ribu rupiah saja dari harga kebun. Untuk itu ia terpaksa menaikkan harga saat menjual di pasar. Contoh, harga jagung yang biasanya Rp 10 ribu hingga 12 ribu per kilogram, sekarang menjadi Rp15 hingga Rp 16 per kilogramnya.
“Masih untung harga cabai tidak terlalu naik, kalau dulu sekitar Rp 35 ribu per kilogramnya. Sekarang menjadi Rp 44 ribu. Meski naiknya mencapai Rp 9 ribu, namun ini masih bisa ditolerir oleh pembeli karena tidak seperti sebelumnya yang naik sampai ratusan ribu,” ungkapnya.
Menurutnya, kenaikan tersebut kemungkinan karena saat ini harga pupuk yang mahal. Bahkan para petani kesulitan mendapatkan pupuk subsidi, sehingga terpaksa membeli non subsidi.
Salah seorang petani di wilayah Selatan Kotim, Ajeng mengatakan, ia membeli pupuk hingga jutaan rupiah untuk keperluan pertaniannya. Namun belum lama ini wilayah pertaniannya mengalami kebanjiran sehingga gagal panen.
“Padahal sebentar lagi sudah siap panen, akan tetapi air naik, ditambah lagi beberapa waktu lalu sempat hujan deras. Semua lahan pertanian habis terendam. Jangankan untung, modal awal saja kami tidak kembali. Padahal harga pupuk saat ini sangat mahal,” sebutnya.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post