SAMPIT – Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Multazam K Anwar menyebut desa yang terendam banjir hanya kampung lama asli, sementara untuk kampung yang ditempati pendatang atau transmigran jarang terendam.
“Sebagian besar kampung asli yang terendam banjir, kalau kalau kampung transmigrasi tidak. Karena Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi akan memberikan tempat yang aman bagi imigran salah satunya bebas banjir itu,” katanya, Sabtu 9 Maret 2024.
Lanjutnya, sementara kampung penduduk asli Kabupaten Kotim lebih rawan terendam banjir, itu dapat dilihat dari setiap peristiwa bencana banjir, salah satunya yang terjadi saat ini yaitu Desa Hanjalipan Kecamatan Kota Besi.
Disampaikan, alasan kampung asli lebih sering tertimpa bencana banjir karena letaknya di bantaran sungai. Sehingga saat musim penghujan dengan curah hujan tinggi ditambah lagi sungai pasang, maka air akan naik.
“Masyarakat sini rata-rata tinggal di bantaran sungai, karena karakteristiknya dan sosiologinya mereka lebih suka di situ. Karena memang permodelan kehidupan mereka di sana,” ucapnya.
Oleh sebab itu, Multazam menyampaikan ada tiga management untuk menghindari bencana pertama adalah memindahkan warga asli ke dataran yang lebih tinggi, namun itu akan cukup sulit. Kedua, merubah perilaku karena bencana tidak hanya dari alam namun juga ada campur tangan manusia dan merubah banyak hal.
“Terkahir ya berharmonisasi saja dengan kondisi seperti itu selama masyarakat itu mampu menghadapi itu. Tetapi pada waktu tertentu dimungkinkan banjir eskalasinya sangat bahaya, itu yang perlu kita waspadai karena apakah kapasitas masyarakat mampu menghadapi banjir. Kalau bencana banjir yang sekarang memang mampu mereka menghadapi banjir tahun ini tidak separah banjir tahun sebelumnya. Tapi nanti kalau sampai sebulan tentu lain ceritanya,” tutupnya.
(dev/matakalteng)
Discussion about this post