SAMPIT – Kondisi bumi kekinian akibat perubahan iklim cukup mengkhawatirkan. Tidak hanya bencana yang secara intensitas dan durasi semakin bertambah, namun juga krisis air yang juga berimbas pada berbagai sektor kehidupan. Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.
“Salah satunya yang terdampak adalah sektor pertanian dimana Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi dunia akan mengalami ancaman krisis pangan pada tahun 2050 mendatang,”ujarnya, Rabu 18 Oktober 2023.
Sementara itu Kepala BMKG Bandar Udara H Asan Sampit Musuhanaya menyampaikan, BMKG mencatat secara keseluruhan, tahun 2016 merupakan tahun terpanas di Indonesia dengan nilai anomali sebesar 0.8 derajat celsius relatif terhadap periode klimatologi 1981 hingga 2020.
“Tahun 2020 sendiri menempati urutan kedua tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0.7 derajat celsius, dengan tahun 2019 berada di peringkat ketiga dengan nilai anomali sebesar 0.6 derajat celsius,”bebernya.
Sedangkan pada 2023 ini, World Meteorolgical Organization (WMO) mencatat bahwa tahun 2023 menjadi tahun dengan pernuh rekor temperatur. Diantaranya adalah sepanjang Juni-Agustus menjadi 3 bulan terpanas sepanjang sejarah serta gelombang panas (heatwave) terjadi di banyak tempat secara bersamaan.
Tambahnya, dampam perubahan iklim sendiri sudah sangat terasa di Indonesia. Kejadian iklim maupun kenaikan suhu udara merupakan dampak perubahan iklim. Kondisi ini membutuhkan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim untuk mengurangi dampak bencana hidrometeorologi dan menurunkan emisi gas rumah kaca.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post