SAMPIT – Peminat sapi dari Madura, Jawa Timur (Jatim) masih banyak di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), sekalipun wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang melanda. Terlebih untuk dijadikan hewan kurban pada Hari Raya Idul Adha.
“Memang masyarakat lebih suka sapi dari Madura, dagingnya tidak berbau dan segar. Perawatannya bagus, seperti rutin diberi minuman herbal atau jamu. Berbeda dengan sapi dari daerah lain kalau dipotong aroma dagingnya tercium sekali seperti bau kerbau,” kata Kepala Dinas Pertanian Kotim Sepnita, Selasa 21 Juni 2022.
Terpisah, salah satu pedagang hewan kurban di Jalan Tartar, Kelurahan Mentawa Baru Hulu, Sampit, Saadah mengatakan, masih banyak warga yang datang mencari sapi dari Madura untuk di jadikan hewan kurban. “Kami sudah tidak jual lagi lantaran sapi dari Jatim tidak bisa masuk, jadi para pembeli harus pulang dengan kecewa,” ungkapnya.
Banyaknya permintaan sapi itu karena memiliki rasa khas. Sehingga dinilai tepat jika disajikan dan dijadikan hewan kurban. Namun saat ini tidak ada lagi, lantaran regulasi pemerintah melarang semua sapi atau hewan rawan PMK dari Pulau Madura dan Jawa Timur keluar wilayah.
Ini berdampak pada harga sapi Madura yang sudah diternak di Kotim. Sapi dengan bobot sekitar 100 kilogram, paling murah dijual senilai Rp 25 juta. Sementara sapi limosin dengan bobot diatas 100 kilogram dijual dengan harga paling murah sekitar Rp 36 juta. “Dan itu rata-rata sudah ada yang memesannya” tukas perempuan ini.
(dev/matakalteng.com)
Discussion about this post