SAMPIT – Serangan buaya di Desa Sungai Paring, Kecamatan Cempaga, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) subuh ini, Senin 7 Juni 2021 membuat geger masyarakat sekitar. Betapa tidak, serangan ini sudah kesekian kalinya terjadi di daerah tersebut.
Korban yang bernama Yelni (33) mengaku, serangan itu terjadi pada subuh hari sekitar pukul 04.00 WIB saat dirinya mengambil air wudhu ingin melaksanakan salat Subuh.
“Belum sempat selesai saya mengambil wudhu, baru membersihkan tangan, kaki saya sudah diserang. Saat itu saya belum tahu yang menyerang saya adalah buaya, saya lihat kaki saya sudah berdarah banyak. Karena penasaran saya lihat lagi apa yang menyerang, ternyata saya diserang lagi di lutut,” ujar Yelni, Senin 7 Juni 2021.
Setelah itu ujarnya, dirinya langsung merangkak melarikan diri ke atas rumah dan buaya itu juga langsung masuk ke sungai kembali. “Saat serangan kedua itu saya sempat menghindar dan saya jelas melihat buaya itu naik. Ukuran besarnya hampir seperti galon, dan panjangnya sekitar 3 meter dengan mulutnya yang panjang. Kalau orang sini menyebutnya Buaya Sapit,” tegasnya.
Sebelumnya ujar Yelni yang merupakan guru di SMPN 6 Cempaga ini, juga pernah ada penyerangan serupa di RT 08 yaitu RT tetangga. Bahkan korban sempat ditarik ke dalam sungai, namun korban berhasil melawan dan melarikan diri meski mendapat luka-luka.
“Dan warga sekitar memang sering melihat buaya timbul, istri saya juga kemarin sempat melihat buaya itu timbul. Bahkan warga ada yang melihat buaya lebih besar dari itu lagi ukurannya, ada juga yang mengejar sapi di seberang kemarin,” bebernya.
Atas kejadian ini Yelni dilarikan ke Puskesmas setempat dan mengalami luka jahit luar dan dalam. Yelni juga telah melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Cempaga dan berharap agar buaya dapat ditangkap serta dikurung agar tidak menyerang warga lagi.
“Karena warga di sini memang tiap hari beraktifitas di lanting, jadi kami harap buaya ditangkap. Karena sangat membahayakan, bahkan saya tidak bisa berjalan karena serangan ini, menekuk kakipun tidak bisa,” demikiannya.
Sementara itu Muriansyah Komandan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang datang langsung ke lokasi kejadian mengatakan, dari keterangan korban memang diduga buaya yang menyerang tersebut buaya sapit.
“Namun dari penelitian kami se Indonesia ini jarang Buaya Sapit menyerang warga, kalau sampai menyerang artinya di Kotim ini habitatnya sudah rusak parah,” tegas Muri. Yang selama ini di Kotim ujarnya, hanya ada satu daerah yang pernah terjadi serangan Buaya Sapit yaitu di Desa Ganepo. Dan itu penyebabnya karena bangkai ternak dibuang ke sungai.
“Setelah kami sarankan dengan perangkat desa agar tidak membuang ke sungai lagi, hingga sekarang tidak ada lagi terjadi serangan,” ungkap Muri. Terpisah warga setempat Suriansyah mengatakan, sebelumnya dirinya pernah menyerahkan satu ekor Buaya Muara ke BKSDA. Buaya tersebut tersangkut di jaringnya saat memasang perangkap ikan.
“Selama ini saya belum pernah melihat Buaya Sapit, kalau Buaya Muara memang sering bahkan lebih besar dari yang dilihat korban. Bahkan tidak hanya serangan buaya yang pernah terjadi, serangan ikan tapah juga pernah,” tutupnya.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post