Oleh: Rudi Wartawan Mata Kalteng***
Ketukan sara pintu beriringan dengan ucapan salam seorang wanita diantara bulan dan bintang terdengar jelas disebuah pintu kamar yang teletak dilantai dua disalah satu penginapan berkelas di Kota Malang Jawa Timur.
Dengan mengenakan sebuah mantel warna hitam dan rok mini, Intan terlihat sungguh menggoda saat pertama bertemu. Mata yang terpesona akan penampilan gadis berusia 19 tahun tersebut tidak lepas memperhatikan dari ujung kaki hingga ujung rambut.
Dimana sebelumnya telah mendapatkan tugas dari “kerajaan” berkedok pijat yang sangat mudah didapat menggunakan akun media sosial. Sedikit bicara, Intan pun setelah dibukakan pintu secara perlahan masuk kamar dengan fasilitas mewah.
Tas merk Gucci yang menggantung dipundaknya pun perlahan ia turunkan berbarengan dengan mantel. Seakan memberikan sebuah kode, Intan dengan dada ukuran besar terhimpit kaos ketat terlihat pusar nya menambah daya tarik lelaki.
“Ayo mas saya pijat,” ucap Intan kepada matakalteng.com seraya mengikat rambut panjangnya diatas kasur empuk antara batal dan guling yang tersedia didalam kamar dan sesekai melemparkan senyuman manja.
Namun, dibalik penampilan tersebut Intan mengaku pekerjaan berkedok pijak terpaksa ia tekuni lantaran himpitan ekonomi, ditambah sulitnya mencari pekerjaan di kota besar sehingga ia memilih jalan pintas untuk menjadi tulang punggung keluarga.
Seakan tidak menyia-nyiakan waktu, Intan dengan segera mengeluarkan isi tas untuk mulai memainkan jari jemarinya menyentuh bagian demi bagian tubuh setiap lelaki yang ia pijat. Menariknya, saat dibincangi Intan dengan malu dan muka memerah mengatakan.
“Awalnya saya malu-malu kerja begini mas. Karena uangnya banyak dan enak jadi saya ketagihan. Kalau mas mau juga boleh, kebetulan saya lagi kosong malam ini,” katanya pada Kamis 26 September 2019 sekitar pukul 23:30 WIB malam.
Selain itu, Intan mengaku rela memberikan keperawanannya kepada seorang klien saat pertama kali berprofesi sebagai tukang pijit dengan seorang lelaki yang memiliki jabatan di salah satu daerah di Indonesia.
“Saat pertama saya kan tidak terlalu bisa mas untuk pijat dan saat pijat dibagian sensitive, om itu ngajak dan bayar saya Rp5 Juta. Ya karena banyak saya iya iya aja, lagian enak mas meski pertama kalinya sakit sakit gimana gitu,” ujarnya sambil tertawa hingga sampai saat ini ia tekuni.
Cerita sendiri merupakan sebuah perjuangan hidup dan kerasnya kehidupan di kota besar. Akan tetapi ada sebuah hal yang masih saya belum tanyakan kepada intan yakni, sampai kapan dan apakah nanti akan bekeluarga lagi atau hingga sampai dimana titik jenuh itu ada. Kita tidak tahu dan yang tahu adalah intan sendiri. Pesan dalam tulisannya ini, jaga diri kita, jaga keluarga dan nama baik, yakin semua akan baik-baik saja. (***)
Discussion about this post