SAMPIT – Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) Universitas Muhammadiyah Sampit (UMSA) berkomitmen untuk mewujudkan kampus bebas kekerasan seksual. Bahkan sejumlah pengurus yang belum lama ini dilantik, sebelumnya harus melalui beberapa tahapan dan tidak membuat mereka mengurungkan niat mengikuti seleksi hingga akhirnya terpilih dan dilantik.
M Jumawan mahasiswa dari Prodi Pendidikan Matematika contohnya, sebagai anggota dalam kepengurusan Satgas PPKS UMSA, ia memiliki motivasi yang sangat kuat mengikuti kepengurusan.
“Motivasi saya untuk mengikuti Satgas PPKS meskipun harus melalui beberapa tahapan seleksi adalah karena saya ingin menjadi bagian dalam pencegahan kekerasan seksual yang marak terjadi. Saya sadar bahwa banyak korban kekerasan seksual yang tidak berani untuk melaporkan kejadian karena merasa malu dan takut,”ujar Jumawan, Selasa 7 Mei 2024.
Seperti halnya fenomena gunung es lanjutnya, yang muncul di atas permukaan laut hanya sedikit tetapi sebenarnya banyak sekali yang menjadi korban, mereka tidak berani untuk melaporkan. Oleh karena itu ia termotivasi untuk menjadi bagian Satgas PPKS ini untuk membantu dan mendampingi para korban dan meredakan trauma yang mereka alami.
“Hal yang mungkin akan atau ingin saya lakukan untuk mencegah kekerasan seksual khususnya di UMSA kedepannya, yaitu melakukan sosialisasi atau penyuluhan mengenai Kekerasan Seksual. Karena di zaman sekarang terkadang seseorang secara tidak sadar melakukan kekerasan seksual secara lisan (kata-kata) sehingga perlunya kesadaran dalam membedakan apa saja bentuk dari kekerasan seksual, selain itu juga perlu dilakukan sosialisasi bagaimana cara untuk melaporkan kasus kekerasan seksual, bagaimana cara menangani, serta bagaimana cara untuk menghadapi kasus kekerasan seksual,”ungkapnya.
Jumawan juga berharap, setelah terbentuknya Satgas PPKS di UMSA, agar lingkungan kampus khususnya UMSA bisa menjadi tempat yang aman serta nyaman bagi seluruh mahasiswa. Dengan hal ini tentunya akan mencerminkan bagaimana seharusnya lingkungan akademik yang jauh dari kasus-kasus kekerasan seksual.
Sementara itu Asri Pujiati, mahasiswa dari Prodi Pendidikan Ekonomi yang juga tergabung di Satgas PPKS menilai, sekarang ini banyak sekali kasus kekerasan seksual yang terjadi di lingkungan kampus. Maka dari itu dengan bergabung di Satgas PPKS ia berkeinginan dapat membantu para korban kekerasan seksual untuk mendapatkan keadilan.
“Melalui Satgas PPKS juga saya ingin memberikan edukasi kepada para mahasiswa tentang tidak menganggap remeh masalah kekerasan seksual juga tentang perlunya memperhatikan kesetaraan gender, juga edukasi tentang kekerasan seksual itu sendiri seperti apa,”ucapnya.
Sebagai perempuan, ia berpesan agar perempuan memperketat perlindungan pada diri dan juga jangan takut bersuara untuk mendapatkan keadilan. Jangan mudah tergiur dengan tawaran yang timbal baliknya tidak masuk akal.
“Lebih cermat terhadap orang di sekitar kamu karena kekerasan seksual tidak memandang keluarga atau bukan. Perempuan juga punya hak untuk bersuara dan juga mendapatkan keadilan atas dirinya,”tegasnya.
Terpisah Ketua Satgas PPKS Burhannudin mengatakan, banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kekerasan seksual terjadi khususnya di lingkungan UMSA, ia memastikan pihaknya akan berusaha menjadikan kampus sebagai tempat yang aman dan nyaman bagi siapapun.
“Kami akan memastikan kampus UMSA bebas dari kasus-kasus kekerasan seksual,”ujarnya.
Menurut Burhan, terkadang masyarakat sulit memahami tindakan yang mereka lakukan termasuk tindakan kekerasan dan melanggar hak-hak orang lain.
“Maka, hal pertama yang akan kami lakukan yakni mengedukasi masyarakat utamanya dalam lingkungan kampus tentang bentuk-bentuk kekerasan dan dampak negatifnya. Kami akan gencar melakukan sosialisasi, advokasi anti kekerasan, mengadakan layanan pengaduan dan konseling gratis bagi siapapun yang merasa menjadi korban. Berusaha menjadi suara bagi mereka yang tidak mampu speak up dengan membantu melaporkan kasus-kasus kekerasan kepada pihak yang berwajib jika memang perlu,”bebernya.
Dalam hal ini tambah Burhan, pihaknya akan melakukan koordinasi antar lembaga berwenang baik antara pihak kampus, pihak keamanan, keagamaan maupun lembaga psikologi karena sangat diperlukan untuk mewujudkan visi ini.
(dia/matakalteng)
Discussion about this post