PALANGKA RAYA – Berkisar tahun 1990 hingga awal tahun 2000, Angkutan Kota (Angkot) di Palangka Raya, atau biasanya disebut taksi kota oleh warga setempat, sempat menjadi alat transportasi andalan pada masanya.
Kini dari tahun ke tahun angkot semakin terpuruk kondisinya. Ditambah lagi dengan beroperasionalnya angkutan berbasis online yang secara tidak langsung berdampak terhadap penghasilan para sopir angkot.
Odrey, salah satu pelajar SMPN -1 Palangka Raya mengatakan, keberadaan angkot sebenarnya masih diharapkan. Hanya saja kata dia, aktivitas angkot saat ini tidak lagi ramai berlalu lalang.
“Iya, kalau mau naik angkot berangkat ke sekolah, maka saya harus menunggu di pinggir jalan lebih pagi. Kalau pagi masih ada angkot yang lewat,” ungkap Odrey, Senin 31 Juli 2023 di Palangka Raya.
Menurutnya, mengapa angkot masih sangat diharapkan, karena dari segi tarif sekali jalan angkot masih murah yakni hanya Rp 7 ribu menuju ke rute sekolah.
“Berbeda dengan menggunakan ojek online, seperti kendaraan roda dua tarifnya jauh lebih tinggi yakni berkisar Rp 13 ribu. Apalagi menggunakan angkutan roda empat bisa berkisar Rp 20 ribu lebih,” sebut Odrey menambahkan.
Kurang ramainya aktivitas angkot saat ini lanjut Odrey, membuat dirinya terpaksa memilih menggunakan ojek online. Padahal, dengan menggunakan angkot lebih hemat dibanding angkutan online.
Bahkan bisa dilihat saat pulang sekolah, dimana masih banyak anak sekolah yang harus mengantre menunggu armada angkot. Namun lagi-lagi, karena keberadaan angkot tidak seramai dulu, maka para pelajar banyak yang.memilih angkutan online.
“Seharusnya dengan angkot bisa lebih menghemat jajan. Tapi sekarang ini keberadaan angkot sangat sedikit. Kalau pulang sekolah cukup lama menunggu angkotnya datang,” tuturnya.
(vi/matakalteng.com)
Discussion about this post