SAMPIT – Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur (Kotim) Umar Kaderi melalui Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Erdiana menyampaikan, perlu upaya terobosan untuk mengejar ketertinggalan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM). Tercatat masih ada sekitar 26.930 KK di Kotim yang belum memiliki jamban.
“Pencapaian meningkatnya akses sanitasi di Indonesia ini sangat didorong dengan ditetapkannya STBM sebagai strategi nasional pembangunan sanitasi. Pendekatan ini telah berkontribusi pada percepatan perilaku masyarakat dan penyediaan layanan sanitasi yang memebuhi standar kesehatan,” kata Erdiana, Jumat 22 Oktober 2021.
STBM adalah pendekatan dengan menggunakan metode pemicuan untuk mengubah perilaku masyarakat, menuju perilaku yang higienis dan saniter melalui pemberdayaan. Pemicuan dilakukan untuk mendorong perubahan perilaku higiene dan sanitasi individu atau masyarakat atas kesadaran sendiri dengan menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku dan kebiasaan individu atau masyarakat menuju perilaku stop buang air besar sembarangan sampai menuju perilaku sanitasi total (5 pilar STBM). “Pelaksanaan STBM dengan lima pilar akan meningkatkan akses sanitasi masyarakat serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat,” tegasnya.
Lanjut Erdiana, perubahan perilaku dalam STBM dilakukan untuk mendorong perunahan perilaku masyarakat secara kolektif dan mampu membangun sarana sanitasi secara mandiri sesuai kemampuan. Desa yang telah dinyatakan sebagai desa bebas buang air besar sembarangan atau terdeklarasi ODF (open defecation free) adalah 17 (tujuh belas) desa, sedangkan ODF klaim adalah desa yang sudah bebas buang air besar tetapi belum diverifikasi berjumlah 6 (enam) desa atau belum dilakukan verifikasi pihak puskesmas.
“Data Website STBM Kotim menunjukan akses kemajuan progress STBM 57,44 %, terdiri dari jumlah KK yang memiliki jamban sehat adalah 61.006 KK (37.01%), untuk KK yang memiliki jamban sehat semi permanen adalah 13.262 KK (16,28%), untuk jamban sharing (menumpang) adalah 3.119 KK (4,10 %) dan masyarakat yang belum memiliki jamban/BAB sembarangan adalah 26.930 KK (47,56 %),” ungkapnya.
Melalui kegiatan monitoing dan evaluasi ini, dirinua berharap agar terlaksananya tindak lanjut program STBM di Kotim melalui 21 pengelola program kesehatan lingkungan di puskesmas yang ada di Kotim yang pada hari ini menjadi peserta monitoring. “Kegiatan kami lakukan satu hari saja di Aula Dinkes Kotim, semoga tujuan yang kami harapkan dapat tercapai melalui kegiatan ini,” pungkasnya.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post