SAMPIT – Berangkat dari ikon Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) yaitu ikan jelawat. Ternyata tidak menunjukkan bahwa Kotim merupakan penghasil ikan jelawat yang besar. Pasalnya diketahui, hingga saat ini pemasok terbesar ikan jelawat ke Kotim yaitu dari kabupaten tetangga, Kabupaten Seruyan.
Kepala Dinas Pertanian Heriyanto mengatakan, dengan ditetapkannya oleh Bupati Kotim Supian Hadi ikon patung ikan jelawat. Menjadi tantangan tersendiri untuk pihaknya membudidayakan ikan jelawat di Kotim.
“Kemarin kita juga ada kegiatan budi daya di Samuda. Masyarakat disana menyurati Dinas Perikanan meminta dilakukan pengecekkan kolam dan petunjuk kira-kira benih apa yang cocok,” ujarnya, Rabu 7 Oktober 2020.
Lanjutnya, sehingga pihaknya dari Dinas Perikanan turun langsung kelapangan untuk melakukan diskusi dengan warga setempat serta melakukan pengecekkan kualitas air, tanah dan struktur tanah disana.
“Terkait ikan jelawat yang sempat kosong di Kotim, kendalanya untuk membudidayakan di Kotim adalah kualitas air. Kita sudah melakukan kajian bekerjasama dengan balai riset sudah pernah turun untuk mengecek. Hampir semua jenis ikan tidak cocok dibudi daya di Kotim, namun yang paling berat untuk jelawat karena masa panennya lama,” ungkapnya.
Dikatakannya, untuk budidaya ikan mas misalnya waktunya hanya 7 bulan sehingga bisa di atur. Dimana kualitas air biasanya berubah drastis ketika curah hujan tinggi seperti saat ini atau mulai memasuki musim hujan.
“Air yang dari atas turun ke sungai semua, dan di daerah kita ini banyak terdapat perkebunan kelapa sawit di daerah atas. Sehingga saat musim hujan air sudah tidak bagus untuk ikan di sungai,” sebutnya.
Menurutnya, budidaya menggunakan sistem kolam dengan terpal bisa namun hanya sedikit. Tidak mencukupi kebutuhan, yang mengerjakannya kesulitan namun hasil yang di dapat sedikit. Sehungga kebutuhan di Kotim tidak akan mencukupi.
“Pasokan ikan jelawat yang ada di pasar kebanyakan di ambil dari Telaga Pulang Kabupaten Seruyan paling banyak. Dari Kotim ada juga seperti dari Desa Camba namun tidak banyak. Kotim ini sebetulnya dari dulu perikanan untuk jelawat tidak ditempatkan di sungai mentaya, karena jelawat memang tidak cocok diperairan sungai mentaya,” tambahnya lagi.
Sedangkan untuk di seruyan airnya memang bagus untuk jelawat. Namun dalam tiga hingga empat tahun terakhir ini Dinas Perikanan Kotim sudah mulai membudiyakan ikan jelawat di danau, karena dari riset di Kotim ini cocok budidaya jelawat di danau.
“Salah satunya di Tanah Mas. Tahun kemarin di tabur 90 ribu bibit dan sekarang sudah mulai besar-besar. Dan di Kuala Kuayan ada juga sudah ditabur 3 ribu,” tutupnya.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post