SAMPIT – Festival Bulan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2019 yang diselenggarakan oleh Tim Produksi Re-Identity ditutup dengan pementasan monolog berjudul ‘Perempuan Harum Kamboja, pada Minggu 3 November 2019 malam.
Pementasan ini diperankan oleh Hasyati Rukmana, anggita komunitas Kata Mentaya. Pentas ini di tulis oleh Rodli TL dan disutradarai oleh Cak Ipan Tagem dari Tjangkir Boedadja. Perempuan kelahiran tahun 1996 ini sangat menjiwai perannya.
Penonton seakan terhipnotis dengan monolog yang disuguhkan tersebut. Cahaya lampu remang-remang dan hening ciri khas gedung pementasan membuat suasana semakin menarik. Perempuan Harum Kamboja menceritakan tentang kesetiaan seorang isteri yang ditinggal pergi suaminya.
“Suami dari perempuan itu dibunuh secara keji lantaran bekerja dengan jujur. Lalu perempuan tersebut mencari keadilan, dia mencari tahu siapa pembunuh suaminya ini. Pada akhirnya tidak kunjung ketemu,” kata Cak Ipan Tagem, Senin 4 November 2019.
Setelah pentas yang begitu mencekam ini selesai, lampu ruang aula kembali menyala dan secara spontanitas para penonton memberikan tepuk tangan yang meriah.
“Tadi ada penampilan yang sangat menakutkan. Saya kira pentasnya sudah selesai, pemerannya berjalan perlahan keluar aula. Tapi lampu tidak kunjung menyala. Abis itu dimasuk kembali ke dalam aula dan berteriak sambil membawa kepala. Aduh, itu ngeri banget, ditambah iringan nyanyian seperti orang menangis. Ini pentas yang sangat keren,” kata Guntur.
Sementara itu, Hasyati Rukmana mengaku sempat kesulitan memerankan Perempuan Harum Kamboja ini. Dirinya harus menghayati dan betul-betul menjiwai perannya. Namun setelah berlatih hampir satu pekan, dirinya berhasil dan sukses memerankannya.
“Sudah latihan beberapa kali dan tidak bisa. Saya juga sempat putus asa. Berkat bantuan teman-teman akhirnya saya bisa tampil seperti ini. Ini adalah pementasaan monolog saya yang pertama. Dan Alhamdulillah berhasil,” kata perempuan yang akrab dipanggil Ana.
(shb/matakalteng.com)
Discussion about this post