PALANGKA RAYA – Saat ini masalah gizi di Indonesia, khususnya masalah Stunting masih cukup tinggi dan masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang RPJMN 2020-2024 menargetkan penurunan prevalensi Stunting pada anak di bawah usia dua tahun menjadi 14% tahun 2024, sedangkan target Prevalensi Stunting di Kalimantan Tengah 15,38 % di Tahun 2024.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas P3APPKB yang diwakili oleh Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Yuyun Wahyudi, yang menyebut selain disebabkan rendahnya asupan zat gizi dan pola pengasuhan balita yang kurang baik, buruknya kondisi sanitasi lingkungan, serta kurang tersedianya sarana air bersih dan kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan juga memberikan kontribusi terhadap terjadinya infeksi berulang yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya Stunting.
“Oleh sebab itu, sektor kesehatan perlu bekerja sama dengan sektor lain di luar bidang kesehatan, seperti sektor ekonomi, pekerjaan umum, pertanian, ketahanan pangan, perikanan, pendidikan dan sektor terkait lainnya,” ujarnya, Kamis, 19 Oktober 2023.
Lebih lanjut, permasalahan gizi jika dibiarkan akan berdampak pada rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia, hal ini akan berdampak pada daya saing bangsa. Sehingga dalam rangka meningkatkan SDM Indonesia yang sehat, cerdas dan produktif diperlukan status gizi yang optimal dengan cara melakukan perbaikan gizi.
“Saya berharap kepada segenap masyarakat dapat berpartisipasi dan berperan aktif dalam menyosialisasikan Gerakan 1000 HPK sebagai salah satu upaya Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting di Kalimantan Tengah,” pungkasnya.
(vi/matakalteng.com)
Discussion about this post