PALANGKA RAYA – Perhimpunan Pemuda Hindu (Paradah) Indonesia Kalimantan Tengah bertolak menuju Desa Muara Mea, Kecamatan Gunung Purei, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) pada tanggal 18-20 September 2020.
Hal ini dilaksanakan guna melakukan koordinasi dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah desa dan pihak terkait, sehubungan dengan pengrusakan hutan sakral Gunung Piyuyan yang dilakukan oleh perusahaan HPH.
Mamanto selaku Ketua Majelis Kelompok Agama Hindu Kaharingan mengucapkan terima kasih atas kehadiran rombongan Peradah Kalteng untuk berdiskusi mencari solusi terkait permasalahan ini.
Manto panggilan akrabnya berharap dukungan dari semua pihak baik lembaga keagamaan, eksekutif dan legislatif, ormas dan lainnya agar membantu menuntaskan permasalahan ini karena Gunung Piyuyan tidak hanya milik masyarakat Muara Mea namun ini adalah milik kita bersama.
Pengrusakan yang dilakukan oleh perusahaan swasta itu, menyakiti hati dan perasaan masyarakat dayak pada umumnya dan umat Hindu Kaharingan pada khususnya, karena Gunung Piyuyan merupakan tempat singgah bagi leluhur sebelum di antar ke surga melalu upacara ritual wara/gomek.
Dino Pranoto, Ketua DPP Peradah Kalteng menyampaikan terima kasih juga kepada masyarakat Desa Muara Mea yang telah mewakili masyarakat dayak dan umat Hindu Kaharingan dalam menjaga dan merawat kesucian dan kesakralan Gunung Piyuyan, Gunung Lumut dan Gunung Penyenteau. Dino berjanji akan berkoordinasi dengan semua pihak untuk menyelesaikan permasalahan ini hingga tuntas.
“Semoga permasalahan ini segera selesai dan pihak perusahaan terketuk hatinya serta peka dan memahami apa yang umat hindu kaharingan rasakan harapnya. Ya semoga saja pihak perusahaan bisa memahami bahwa Gunung Piyuyan adalah salah satu keimanan dan keyakinan umat hindu kaharingan yang sifatnya final, tidak dapat diganggu gugat serta ditawar tawar,” tuturnya, melalui rilisnya, Rabu 23 September 2020.
Terpisah, Dedi Kiswanto selaku Sekdes juga mendukung penuh penyelamatan Gunung Piyuyan ini karena dapat dilihat bahwa disitulah tempat umat hindu kaharingan mengantarkan roh/liau yang sudah meninggal, kita juga sebagai umat hindu kaharingan bagaimana bisa saling menghargai ritual dengan alasan agar hindu kaharingan tetap ada dan tetap bersatu.
(rls/matakalteng.com)
Discussion about this post