NANGA BULIK – Dalam upaya merespon keluhan masyarakat, khususnya petani kelapa sawit akibat harga Tandan Buah Segar (TBS) yang turun drastis dalam sebulan terakhir, Bupati Lamandau Hendra Lesmana didampingi Kepala Distakan, Tiryan Kuderon mengunjungi dua perusahaan pengolahan kelapa sawit yang ada di Kecamatan Bulik.
“Hari ini kita berkeliling untuk menggali informasi yang konstruktif tentang TBS kelapa sawit, dari dua pabrik pengolahan kelapa sawit yang kita kunjungi untuk menggali informasi terkait kapasitas daya olah dan daya tampung pabrik mereka,” ungkap Hendra Lesmana saat dijumpai wartawan dilokasi pabrik PT. Pilar Wanapersada, Selasa 17 Mei 2022.
Dijelaskannya, bahwa dalam kunjungan kali ini dirinya berdialog dengan pimpinan perusahaan terkait kondisi pabrik terkait situasi pelarangan ekspor kelapa sawit saat ini. “Kita gali informasi terkait berapa lama mereka mampu bertahan dalam kondisi larangan ekspor kelapa sawit saat ini,” ujarnya.
Salain itu, lanjut Hendra, kaitan pemantauan harga TBS yang menjadi keluhan masyarakat petani kelapa sawit di sejumlah daerah, termasuk di Kabupaten Lamandau. “Dua hal yang menjadi keluhan petani adalah harga TBS yang turun drastis serta kepastian terhadap serapan TBS para petani kita,” sebutnya.
Dari kunjungan tersebut, Bupati Lamandau menyampaikan bahwa pabrik pengolahan kelapa sawit yang ada hanya mampu menyerap TBS petani hingga kurang lebih dua minggu kedepan. “Dalam situasi seperti ini, menurut pimpinan pabrik yang kita kunjungi, pabrik yang 100 persen menyerap TBS petani mampu menampung buah kelapa sawit hingga dua minggu kedepan, namun pabrik yang sebagian menampung hasil kebun inti hanya bertahan hingga tanggal 25 Mei,” jelasnya.
Bupati Hendra menyebut, informasi yang diperoleh dari kunjungan ke pabrik pengolahan kelapa sawit tersebut akan ditindaklanjuti dengan menyampaikan ke Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal perkebunan untuk mendapatkan solusi terbaik bagi petani.
“Fokus kita sekarang adalah terkait kepastian daya serap TBS petani, karena apabila daya tampung pabrik menipis dan daya olah terbatas ditambah situasi larangan ekspor saat ini, maka akan berdampak dengan sulitnya penyerapan TBS petani kita,” pungkasnya.
(Btg/matakalteng.com)
Discussion about this post