SAMPIT – Meski banyak tradisi dan kebudayaan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) yang sudah jarang dilakukan, namun khusus untuk tradisi lawang sakepeng saat ini ternyata masih dilaksanakan dalam acara pesta pernikahan suku dayak.
Salah satunya dalam acara pernikahan yang dilangsungkan di Desa Bapeang, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kabupaten Kotim, warga yang mayoritas suku dayak berkomitmen untuk terus melestarikan tradisi turun temurun itu.
“Biasanya ada pertarungan yang dilakukan antara perwakilan mempelai pria dan wanita, dengan cara silat dan di tengah pemain ada batasan benang merah. Pertarungan dilakukan sampai benang itu putus,” ucap salah seorang keluarga mempelai pria, Manto, Minggu 2 Oktober 2022.
Dijelaskannya, sebenarnya tradisi tersebut untuk menyambut tamu yang hadir dalam upacara adat. Namun saat ini, Lawang Sakepeng banyak ditampilkan untuk menyambut tamu dalam upacara pernikahan.
“Pada upacara pernikahan, pesilat yang bermain berasal dari pihak laki-laki maupun perempuan. Masing-masing mempelai dapat menurunkan pesilat sebanyak satu atau lebih dari satu. Kalau disini biasanya pemain yang diturunkan tiga orang, jadi ada tiga kali pertarungan,” bebernya.
Pesilat yang dipilih adalah pesilat yang memahami tata cara bermain, seperti menyerang, menangkis, bahkan membuat lawan terluka. Permainnya dengan mempertemukan para pesilat pada satu titik garis saling berhadapan satu lawan satu. Pertemuan tersebut tepatnya di bawah gapura atau lawang yang terbuat dari pelepah kelapa.
“Sekarang juga sudah ditambah pariasi, di benang merah di pasang sejumlah uang. Jadi bagi pemain yang memenangkan pertarungan akan mendapatkan uang yang digantukan tersebut,”ucapnya.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post