SAMPIT – Beragam inovasi baru terus bermunculan, terlebih lagi di tengah Pandemi Covid-19 yang menuntut masyarakat harus kreatif dalam membuat usaha agar dapat bertahan terhadap gempuran perekonomian.
Salah satu inovasi usaha baru yang ada di Kota Sampit, Kotawaringin Timur (Kotim) yakni es krim yang terbuat dari buah nanas khas Sampit yakni disebut kanas gantang.
Owner es krim kanas gantang sekaligus Ketua UMKM Harati Rahmat mengatakan, es krim ini merupakan produk olahan dirinya bersama sang istri yang baru berjalan selama kurang lebih tiga bulan.
“Awalnya saya mengikuti bazar UMKM yang diadakan pemerintah, di sana saya menjual es krim nanas biasa, masih belum dalam cup es krim. Ternyata peminatnya lumayan banyak,” kata Rahmat, Minggu, 8 Agustus 2021.
Bahkan dirinya sempat membicarakan perihal produk olahannya ini kepada Bupati Kotim terdahulu dan Bupati Kotim sekarang. Dimana rencananya Bupati akan menginstruksikan mengadakan bazar UMKM selama tiga bulan sekali.
“Bajar ini merupakan upaya untuk mengenalkan produk UMKM, karena selama ini kebanyakan UMKM itu bisnis online shopping. Padahal yang disebut UMKM yaitu produk olahan rumah tangga seperti ini,” tegasnya.
Diketahui, selain membuat es krim nanas, Rahmat juga membuat sari nanas, dodol nanas dan kerupuk nanas untuk diperjual belikan.
“Untuk es krim nanas memang sudah menggunakan cup seperti es krim pada umumnya, namun kemasannya kita masih seadanya menggunakan tempelan. Kalau mau bagus seperti merek es krim terkenal belum bisa, karena itu harus produksi besar sementara UMKM di Kotim ini belum difasilitasi oleh pemerintah untuk pembuatan kemasan,” jelas Rahmat.
Sementara untuk harga sendiri menurutnya sangat terjangkau, dimana untuk satu cup es krim dijual seharga Rp 3 ribu sedangkan sari nanas Rp 7 ribu per botolnya.
Ketahanannya sendiri untuk es krim mampu bertahan hingga 3 bulan lamanya, sementara sari nanas hanya 10 hari. Pasalnya pembuatan produk ini tidak menggunakan bahan pengawet.
“Khusus untuk sari nanas kalau ada yang pesan baru kita buatkan, karena tidak bisa bertahan lama,” tegasnya.
Awal mula tercetusnya usaha ini, dijelaskan Rahmat berawal saat produk buatannya viral di sosial media dan akhirnya dipanggil Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) untuk memperlihatkan produk tersebut.
Sepulangnya dari Palangkaraya, Rahmat memikirkan produk apa yang bisa menggambarkan Kotim dan menjadi ciri khas atau produk unggulan, mengingat hingga saat ini Kotim masih belum memiliki produk unggulan.
“Pulang dari Palangkaraya saya melihat sepanjang jalan Semekto itu banyak kebun nanas, dan dulu juga sempat digalakkan oleh di Kecamatan Baamang produk olahan nanas, namun sudah tidak aktif lagi. Akhirnya saya putuskan membuat es krim nanas,” jelasnya.
Melihat banyaknya buah nanas di Kotim khususnya Kota Sampit, Rahmat memikirkan untuk membuat suatu produk UMKM bahan bakunya harus selalu ada dan mudah dicari. Sementara dari riset yang dirinya lakukan, buah nanas sejak dirinya kecil hingga sekarang tidak pernah ada habisnya di Sampit.
“Ditambah lagi nanas Sampit ini besar-besar, bahkan sudah ditetapkan sebagai nanas khas Sampit dengan diberi nama kanas gantang. Sehingga kanas gantang ini menjadi salah satu wisata kuliner Kotim,” ujar Rahmat.
Dijelaskannya, melalui usaha ini dirinya menargetkan dari hasil setiap bulannya diinvestasikan dengan membeli kulkas. Dan saat ini ia sudah mampu membeli 4 kulkas kecil yang sudah disebar di warung-warung penitipan dan satu kulkas besar untuk produksi di rumah.
“Ada 4 warung dititipi di wilayah Baamang, paling 30-50 es krim yang dititipkan. Untuk pengembangan es krim kedepannya saya sudah mendapat pasar baru, kalau ada acara resepsi nikahan, sunatan atau lainnya akan saya tawarkan es krim ini. Karena biasanya di acara hajatan seperti itu ada menyediakan es krim untuk tamu. Jadi bisa saya pinjamkan langsung dengan kulkasnya,” imbuhnya.
Menurutnya, usaha es krim ini yang merupakan paling potensial diantara produk olahan lainnya. Mengingat peminat es krim tidak hanya anak-anak namun juga hingga usia dewasa.
“Saat ini sudah ketemu pasarnya, anak-anak di kampung sini saja sudah banyak yang sering belanja kesini. Target kedepannya usaha semakin besar, namun saat ini masih fokus di Sampit terlebih dahulu baru nanti keluar daerah,” bebernya.
Karena di musim pandemi ini lanjut Rahmat, dirinya juga melayani pesan antar dan juga ke acara-acara untuk jadi hidangan pencuci mulut. Kemasan bisa disesuaikan dengan permintaan pelanggan, misal menggunakan nama pemilik acara atau lainnya.
Bahkan Rahmat juga menargetkan, kedepannya produk olahannya tersebut juga masuk ke toko ritel modern seperti Alfamart dan Indomaret sebagai bentuk dukungan terhadap produk lokal.
Meski demikian, saat ini es krim kanas gantang memang belum memiliki sertifkat halal. Mengingat produk masih dikatakan baru dan pembuatan sertifikat memakan cukup banyak biaya yakni sekitar Rp 2 juta 500.
“Sedangkan produk masih dalam proses pengenalan, satu produk itu satu sertifikat halal. 6 bulan berjalan kalau sudah berkembang baru nanti saya ajukan,” ungkapnya.
Diketahui, omset bersih per bulannya dari es krim kanas gantang yakni Rp 1 juta 500 hingga Rp 2 juta. Sementara untuk modal awal yakni Rp 500 ribu.
(dia/raf/matakalteng.com)
Discussion about this post