SAMPIT – Petani di Kelurahan Kota Besi, Kecamatan Kota Besi yang menjadi salah satu lumbung padi di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mengaku selama ini terkendala dengan pengairan.
“Petani disini selama ini terkendala oleh masalah pengairan,” kata Mashud.
Mashud mengungkapkan jika musim kemarau lahan yang mereka tanami padi akan mengering. Dan ia juga mengaku pada saat itu juga sulit untuk mendapatkan air.
“Kalau bantuan yang lainnya itu lancar saja, ya kendalanya itu kalau kemarau, kami kesulitan mencari air,” ungkapnya.
Hal itu mempengaruhi produksi padi mereka. Pasalnya padi yang kekurangan air akan mengering. Sehingga nantinya dapat berdampak pada hasil atau produksi. Menurutnya padi pada masa pertumbuhannya membutuhkan air dengan volume yang berbeda setiap fase.
“Kekurangan air kering, kebanyakan air juga tidak bagus. Milasnya kalau musim hujan atau curah hujan tinggi produksi bisa turun,” jelasnya.
Mashud menyampaikan jika cuaca seperti saat ini curah hujan sedang maka produksi bisa mencapai 6 ton per hektar. Tapi kalau curah hujan tinggi, produksi padi akan turun.
“Kalau curah hujan tinggi produksi hanya 4 ton perhektar,” tambahnya.
Sementara Bupati Kotim H Halikinnor, mengungkapkan akan melengkapi infrastruktur pertanian dan yang menjadi keluhan petani setempat. Dirinya berencana akan membuatkan pipanisasi untuk memenuhi kebutuhan air bagi lahan mereka.
“Kedepannya kita akan melengkapi infrastrukturnya seperti membuat pipanisasi termasuk juga jalan usaha taninya kita lebarkan dan tingkatkan,”ungkapnya.
Hal ini dilakukan untuk membantu petani tersebut dalam mengembangkan dan meningkatkan produksi padi di wilayah tersebut.
(dev/matakalteng.com)
Discussion about this post