SAMPIT – Saat ini masih ada beberapa daerah yang terisolir di Kabuapaten Kotawaringin Timur (Kotim), bahkan Anggota Komisi I DPRD Kotim Hairis Salamad mengaku sangat miris melihat kondisi masyarakat di pelosok yang masih hidup dalam serba keterbatasan.
Dikatakannya, saat dirinya berkunjunh ke salah satu daerah pelosok dirinya mengetahui harga bahan pokok sangatlah tinggi. Salah satunya mie instan saja dibeli dengan harga Rp15 ribu per bungkusnya.
“Belum lama ini saya berkunjung ke Kecamatan Antang Kalang sampai ke Tumbang Gagu yang merupakan desa paling ujung. Saya hampir menangis melihat kondisi warga di sana yang hidup dalam serba keterbatasan. Harga solar Rp30 ribu hingga Rp35 ribu per liter. Ini fakta,” ungkapnya, Jumat 20 November 2020.
Dirinya mengajak agar semua pihak lebih peduli dan tidak menutup mata terhadap nasib masyarakat di pelosok. Semua pihak harus duduk bersama untuk mencarikan solusi yang cepat dan terbaik untuk mengatasi masalah tersebut.
Bahkan menurutnya, masyarakat di sana belum merasakan kemerdekaan. Pasalnya dalam beraktivitas mereka kesulitan karena daerah yang masih terisolir. Pembangunan infrastruktur, pendidikan dan kesehatan masih sangat kecil.
“Karena itu juga lah pembangunan desa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa menjadi jauh tertinggal. Masyarakat kesulitan membawa hasil pertanian seperti karet, rotan dan lainnya karena belum ada jalan darat,” ujarnya.
Jika membawa hasil pertanian menggunakan perahu dengan melintasi riam-riam ganas, hasilnya dinilai belum sepadan karena biaya ongkos angkut sangat mahal. Informasi warga, biaya sewa perahu untuk pulang dan pergi ke pusat kecamatan saja mencapai Rp5 juta hingga Rp6 juta.
Kondisi ini tidak saja menghambat laju perekonomian masyarakat setempat, tetapi juga membuat beban hidup menjadi tinggi. Harga kebutuhan sangat mahal karena tingginya ongkos angkut dari pusat kecamatan.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post