SAMPIT – Tidak ada yang tahu persis bagaimana atau kapan kopi ditemukan, meski ada banyak legenda tentang asal-usulnya. Terlepas dari hal tersebut, kini kopi menjadi minuman primadona dikalangan kawula muda.
Di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) bisnis kedai kopi mulai merambat. Bahkan tercatat sudah ada hampir 100 kedai yang juga hampir semua pembisnisnya masih berusia muda.
Fansuri begitulah orang mengenal nama pemilik kedai kopi Terassrumah.id . Mungkin namanya masih asing di Bumi Habaring Hurung ini. Namun dibeberapa kalangan penggiat kopi, namanya sudah mulai membumi.
Pemilik nama lengkap Fansuri Hamzah ini merupakan seorang remaja yang baru lulus dari bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) dan akan melanjutkan kuliah di perguruan tinggi ilmu hukum ini terbilang nekad menjalankan bisnis kopi ditengah pandemi Covid-19. Berbekal sedikit ilmu dan dukungan dari keluarga serta kerabat, ia termotivasi menggeluti bisnis kuliner ini.
Banyak lika-liku di awal usaha kopinya ini. Mulai dari modal hingga bingung mencari lokasi. Remaja berusia 18 tahun ini memulai karir di dunia kopi dengan menjual sepeda motor kesayangan yang dibelikan oleh kakak kandungnya.
Modal terbilang cukup kecil, bahkan bisa dikatakan tidak cukup untuk membuka usaha kopi kekinian namun berkualitas. Dengan modal yang tidak lebih Rp 3 juta, pemuda kelahiran Sampit, tahun 2003 ini membeli peralatan kopi seadanya.
“Awal bulan Maret mulai mengumpulkan alat. Motor matic yang dibelikan oleh kakak sudah dijual. Ya untuk modal. Lakunya cuman Rp 2,5 juta, namanya juga motor lama,” kata Fansuri, Senin 9 Agustus 2021.
Uang tersebut hanya mampu membeli satu alat penggiling biji kopi dan mesin penyegel gelas. Bingung dan bimbang pun menghampiri. Keluh kesah dan semangat untuk buka usaha diceritakan kepada seorang kerabat yang sudah dianggap sebagai seorang keluarga. Alhasil, Fansuri mendapatkan pinjaman mesin pembuat espresso.
“Sebelum buka, saya mencoba bercerita kepada Bang Med, pemilik salah satu kedai kopi yang ada di Sampit. Awalnya dia menanyakan yakin atau tidaknya saya membuka kedai kopi. Sempat juga dia berkata ‘Jika terus-terusan memikir modal, mending tidak usah buka usaha sekalian’ dari situ saya langsung membulatkan tekad untuk buka. Dia inilah yang meminjamkan saya mesin pembuat espresso,” dirinya bercerita.
Dipertengahan bulan Maret, kedai yang berada di Jalan Manggis 5B, Kelurahan Mentawa Baru Hilir, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang ini pun dibuka seadanya. Beruntung racikan kopi susu yang dibuat dapat memikat lidah para pengunjung. Tiga bulan berselang, kedai kopi yang berada di dalam gang ini mulai berkembang.
Rintangan kembali menghampiri, kasus Covid-19 meningkat pesat. Pemerintah menerapkan PPKM, yang salah satu aturannya dinilai sangat memberatkan bagi pelaku usaha kuliner, yakni para pengunjung hanya diperbolehkan makan maupun minum ditempat hingga pukul 5 sore. Jam selanjutnya hanya dibungkus. Mengakali hal itu, promosi melalui media sosial terus dilakukan.
“Pendapatan sangat berkurang. Otak terus diputar. Layaknya pakar ekonomi, strategi pemasaran dilakukan. Kami melakukan promosi yang searah dengan program pemerintah, warga yang sudah Vaksinasi mendapatkan potongan harga hingga 40 persen. Alhamdulillah masih banyak yang membeli meski tidak diperbolehkan nongkrong disini,” sebutnya.
Pengembangan konsep kedai terus dilakukan. Bahkan kedepannya, Fansuri akan membuat konsep yang unik, beda dari kedai lainnya yang ada di Kota Mentaya ini. Hal yang ingin diwujudkan adalah membudayakan masyarakat untuk minum kopi.
“Konsepnya masih rahasia, tunggu tanggal mainnya. Semoga pandemi cepat berakhir. Kami ingin ngopi aman dan nyaman di setiap waktu, terlebih malam hari. Dari kopi, kami bisa berbagi cerita dengan teman. Kami ingin ngopi bukan ngovid,” imbuhnya.
(dev/fi/matakalteng.com)
Discussion about this post