SAMPIT – Tepat pukul 05.30 WIB kesibukan dan keramaian yang ditemani dengan aroma berbagai macam jenis ikan dan sayur mulai terlihat di Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM) Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Kalimantan Tengah, yang sudah puluhan tahun dijadikan pusat perbelanjaan dari berbagai macam kebutuhan pokok.
Sejumlah pedagang mulai sibuk menyiapkan dan menyusun dagangannya dibloknya masing-masing. Tidak hanya pedagang laki-laki, nampak juga pedagang perempuan yang juga asyik menyiapkan dagangannya dengan harapan terjual habis.
Begitulah rutinitas para pedagang di pasar terbesar di Kota Sampit ini setiap pagi. Kondisi ini berlangsung sudah berpuluh-puluh tahun sejak pasar tersebut dibangun pemerintah daerah.
Namun saat ini ada yang berbeda, dimana hasil penjualan mereka tak seperti tahun-tahun sebelumnya, terutama Natal dan menjelang Tahun Baru seperti saat ini.
“Sekarang ini jauh berbeda dengan dulu, sekarang penjualan kita sepi,” kata Yani salah satu pedagang ayam potong di pasar tersebut, Jumat 25 Desember 2020.
Hal itu terjadi hampir sepuluh bulan semenjak daerah ini ditetapkan sebagai salah satu wilayah yang terdampak Covid-19. Namun hal itu, tidak menyurutkan semangat para pedagang untuk mencari nafkah dan menyediakan kebutuhan masyarakat serta tetap menjaga jalannya roda perekonomian, meskipun ancaman penularan Covid-19 menghantui dan terkadang ada rasa kecewa muncul lantaran dagangannya tak habis terjual.
“Mau tidak jualan kebutuhan hidup kita banyak, ya kita jalani aja dan syukuri karena memang keadaan seperti ini. Meskipun seringkali ada rasa kecewa karena dagangan kita banyak yang tidak terjual,” terang Yani.
Wanita yang telah 16 tahun berjualan di pasar PPM itu mengaku, dari sekian lama ia berdagang, kondisi terburuk yang dirasakan dan dialami adalah saat ini, dimana wabah Covid-19 menghancurkan perekonomian dunia.
Dampak Covid-19 inilah mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya terutama menjelang Natal dan Tahun Baru.
“Kalau dulu keuntungan kita bisa sampai Rp 1 juta perhari saat menjelang Natal dan Tahun Baru, sekarang paling banyak Rp 200 ribu,” tuturnya.
Perempuan berumur 47 tahun dengan pawakan tubuh tinggi dan kulit putih tersebut mengungkapkan jika Natal dan Tahun Baru di tahun-tahun sebelumnya mampu menjual 100 hingga 200 ekor ayam potong, tahun ini hanya mampu menjual sekitar 45 potong saja.
“Jangan 100 ekor, 50 ekor aja sudah lumayan sekarang ini,” ungkapnya.
Alasan sepinya berjualan adalah selain jumlah konsumen langganannya yang berkurang terutama karyawan kebun sawit, juga kurangnya masyarakat yang beragama Nasrani merayakan natal seperti tahun-tahun sebelumnya dan dilarangnya perayaan Tahun Baru.
“Pelanggan kita dari kebun sudah jarang ditambah lagi Natal tidak seramai dulu atau tidak open house,” papar Yani.
Diketahui bahwa sebelumnya Pemerintah setempat telah mengimbau agar perayaan Natal dapat dilakukan namun dengan kesederhanaan. Selain itu guna mencegah meningkatnya penyeberan Covid-19, Pemerintah juga melarang masyarakat untuk merayakan pergantian Tahun Baru di wilayah setempat, masyarakat diminta untuk mengisi tahun baru dengan berdoa di rumah masing-masing atau dapat melaksanakan di rumah ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19.
“Tahun baru 31 Desember 2020 seluruh tempat hiburan masyarakat ditutup pada paling lambat pukul 23.00 WIB,” tambah Multazam juru bicara Tim Satgas Covid-19 Kotim.
Selain itu, untuk mengantisipasi peningkatan penyeberan Covid-19, Pemerintah juga menutup sejumlah wisata seperti taman kota ikon Jelawat Pantai Ujung Pandaran dan tempat wisata lainnya ditutup mulai tanggal 30 Desember 2020 pukul 00.00 WIB sampai dengan tanggal 2 Januari pukul 00.00 WIB.
“Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan penyeberan Covid-19 mengingat wabah ini belum reda,” tuturnya.
Pasalnya ancaman Covid-19 di Kotim terus mengancam dan jangan dianggap remah namun juga membuat paranoid. Jalankan protokol kesehatan dengan baik, agar terhindar dari penularan Covid-19.
(dev/matakalteng.com)
Discussion about this post