SAMPIT – Belum lama ini kecelakaan laut terjadi di daerah perairan Pangkalan Bun akibat cuaca buruk dan gelombang tinggi, hingga enam awka kapal atau crew kapal terombang ambing selama 27 jam di lautan. Beruntungnya semua korban selamat karena pertolongan salah satu kapal yang menuju ke Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).
Kepala Badan Meteorologi, Klimtologi dan Geofisika (BMKG) Kotim Nur Setiawan mengatakan, penyebab terjadinya gelombang tinggi saat ini, karena adanya bibit silikon tropis 94S di Australia bagian Utara yang berdampak tidak langsung terhadap gelombang tinggi di perairan Pulau Sumba, Kupang, Pulau Rotte, Samudera Hindia Selatan NTT, Laut Arafuru bagian barat.
“Selain itu, bibit siklon tropis 99W di laut Sulu juga memberikan dampak terhadap kondisi tingginya gelombang di Laut Natuna Utara, Kepulauan Anambas, Laut Sulawesi, Kepulauan Sangihe-Kepulauan Talaud,” bebernya, Jumat 25 Desember 2020.
Menurutnya, pola angin di wilayah Indonesia bagian Utara umumnya bergerak dari barat laut ke arah timur laut dengan kecepatan 5-25 knot. Sedangkan, kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Natuna Utara, Laut Floresm Samudera Hindia Selatan NTT dan sekitarnya.
“Adanya bibit sikolon tropis inilah yang mengakibatkan terjadinya digelombang tinggi diberbagai perairan di wilayah Indonesia termasuk perairan Kalimantan Tengah bagian barat,” ujarnya. Sehingga para pelayar harus selalu siaga memperhatikan potensi adanya angin kencang yang bisa mengakibatkan tingginya gelombang.
(dia/matakalteng.com)
Reproduction and distribution of https://www.matakalteng.com/?p=32882 content to other sites is prohibited without permission.
More information, please contact us.
Apa komentar Anda?