SAMPIT – Virus korona atau Covid-19 yang masih saja mewabah menimbulkan ketakutan yang berlebihan di kalangan masyarakat, khususnya jika ada seorang yang bersin ataupun batuk semua orang langsung menghindar dengan alasan khawatir terpapar Covid-19.
Padahal, menurut Kepala Unit Golongan Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), penyakit flu yang menyerang seseorang belu tentu membuat orang tersebut positif Covid-19.
“Karena flu ini tidak bereaksi silang, sehingga tidak mempengaruhi hasil rapid tes. Kemarin ada yang memeriksakan dirinya karena merasa demam dan flu, dia khawatir itu gejalan terpapar Covid-19. Namun setelah diperiksa, orang itu nonreaktif atau tidak terpapar Covid-19,” ujarnya, Selasa 27 Oktober 2020.
Lanjutnya, yang terkadang flu bisa menjadi reaktif jika menggunakan Rapid Rest dengan cara pengambilan sampel darah kecil seperti pengecekkan golongan darah. Pasalnya, cara tersebut sensitivitasnya kurang. Sehingga bisa menimbulkan reaktif karena antibodynya lemah.
“Beruntungnya sekarang PMI Kotim sudah menggunakan cara Eclia, dimana sampel darah diambil menggunakan jarum suntik sebanyak satu ampul yang kemudian sampel tersebut akan diperiksa secara menyeluruh menggunakan alatnya,” ungkapnya.
Menurutnya, Rapid Test menggunakan sampel darah kecil tersebut memang lebih praktis karena alatnya kecil dan bisa dibawa kemana-mana, sedangkan dengan cara Eclia mengharuskan berada disatu tempat saja lantaran alat yang besar.
“Namun hasil yang lebih akurat yaitu eclia, karena sensitivitasnya lebih kuat, sehingga jika flu belum tentu orang tersebut positif,” ujarnya. Dijelaskan Yuendri, dari evaluasi yang dilakukan oleh Public Health England tanggal 11 Juni 2020 menyimpulkan Uji anti SARS Cov-2 Elecsys adalah uji yang sangat spesifik dengan spesifitas 100 persen.
Sensitivitas uji bervariasi dari waktu ke waktu, meningkat dari 75 persen untuk selang waktu kurang lebih 20 hari menjadi sensitivitas 100 persen lebih 40 hari setelah onset gejala. Sensitivitas tes dari awal 21 hari pasca gejala adalah 87,7 persen. Sensitivitas keseluruhan dari pengujian ini adalah 83,87 persen.
“Pemeriksaan Covid-19 bisa dilakukan dengan pertama temukan virusnya yakni dari kultur (pembiakan virusnya), RT-PCR, rapid tes antigen, elisa dan eclia. Kemudian temukan antibodinya dengan electrochemiluminescence immunoassay analyzer (Eclia), enzyme-linked immunosorbent assay (Elisa) dan rapid test antibody,” jelasnya.
Untuk itu pihaknya sedang merencanakan pengembangan agar rapid tes lebih spesifik lagi yakni, pemeriksaan Ig M dan Ig G (SARS-Cov-2) dengan sample darah dan menggunakan metode eclia.
Kemudian pemeriksaan Ag (SARS-Cov-2) dengan sample hasil swab dan menggunakan metode Rapid Test. Terakhir pemeriksaan Ag (SARS-Cov-2) dengan sample darah dan menggunakan metode eclia. “Ini masih dalam tahap perencanaan, semoga disetujui,” tutupnya.
(dia/matakalteng.com)
Discussion about this post